Melihat Karya Legacy of Love Martin dan Yasinta Lewat Pameran Tunggal Wayang Beber Yogyakarta

"Dan pameran ini itu berangkat dari kegelisahan dan keresahan kalau istilahnya itu bagaimana kita mengemas warisan budaya agar terus hidup dan beradaptasi di tengah arus perubahan zaman seperti itu. Ini kan terkesan menolak apa ya, menolak arus. Sekarang ini kan digitalisasi dan sebagainya," terang dia.

Dalam pameran kali ini, Martin membawa 17 karya wayang beber yang bisa dinikmati para pengunjung.

Bahkan dia juga membawa karya yang merepresentasikan pengalaman pribadinya.

"Ada satu sesi pengalaman pribadi, itu saya fokuskan dari kisah Wayang Bebernya itu. Jadi saya bandingkan kenapa saya beri judul legacy of love ya perjalanan saya sendiri seperti itu," terang Martin.

Martin dan Yasinta berharap melalui pameran ini bisa membuka pemahaman para kaum pemuda terkait warisan budaya khas Yogyakarta.

"Sebenarnya kalau yang khusus yang ngelakon Remang Mangunjaya itu sendiri lebih eklusif, bukan eklusif tapi dia condong bisa dikatakan lebih menutup diri. Karena tidak sembarangan orang itu bisa membuka atau melihat si gulungan itu. Harus melalui ritual kalau yang asli," ujar Yasinta, menambahkan.

Tetapi dengan keyakinannya, pasangan muda yang satu ini berani untuk membuat karya wayang beber dengan gaya mereka sendiri namun tidak meninggalkan nilai budaya yang terkandung pada wayang beber.

"Terus kami memberikan refleksi yang baru, persepsi baru juga. Dan ini dikatakan kalau visualnya itu sebenarnya sudah berbeda dari yang asli," terang dia.

Pameran ini mendapat dukungan melalui program fasilitasi pemajuan kebudayaan tahun 2025 oleh Balai Pentestarian Kebudayaan Wilayah X. (*)