Curhat Pedagang dan Jukir eks TPK Abu Bakar Ali di Kawasan Menara Kopi Yogya, Sepi Tanpa Pemasukan

Minimnya kunjungan wisatawan membuat kawasan Menara Kopi sepi, dan roda perekonomian pedagang pun seret

TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
Area parkir Malioboro yang berlokasi di lahan eks Menara Kopi, Kotabaru, Yogyakarta 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Lima bulan tanpa penghasilan membuat pedagang dan juru parkir (jukir) eks Tempat Parkir Khusus (TPK) Abu Bakar Ali (ABA) di kawasan Menara Kopi, Yogyakarta, hidup dalam kesulitan.

Minimnya kunjungan wisatawan membuat kawasan Menara Kopi sepi.

Wakil Ketua Paguyuban Keluarga Besar ABA, Agil Suhariyanto, menceritakan kondisi sejumlah pedagang di kawasan tersebut.

Menurutnya, kondisi ekonomi pedagang dan jukir eks ABA sudah berada di titik nadir.

Sejak dipindahkan ke Menara Kopi lima bulan lalu, sebagian besar dari 230 pedagang tidak memiliki pemasukan.

“Ada yang sampai sakit karena stres, ada yang jadi tukang pijat, ada juga yang berhenti jualan total. Nol pemasukan lima bulan,” katanya.

Salah satunya dialami Suhadi, pedagang pakaian di Menara Kopi.

Ia mengaku hanya memperoleh Rp130.000 selama lima bulan terakhir.

“Uangnya cuma cukup makan, Rp130.000 itu hasil lima bulan,” ujarnya.

Sebelum relokasi, Suhadi bisa memperoleh Rp200.000 hingga Rp500.000 per hari, bahkan mencapai Rp1 juta pada akhir pekan.

Kini, tak ada lagi pembeli di lokasi tersebut yang membuat roda perekonomiannya pun seret.

SEPI: Suasana kawasan Menara Kopi, Yogyakarta, sepi pembeli, Rabu (15/10/2025). Mereka berharap Pemerintah Kota Yogyakarta segera menertibkan parkir liar di Jalan Margo Utomo agar wisatawan kembali berkunjung ke kawasan tersebut.
SEPI: Suasana kawasan Menara Kopi, Yogyakarta, sepi pembeli, Rabu (15/10/2025). Mereka berharap Pemerintah Kota Yogyakarta segera menertibkan parkir liar di Jalan Margo Utomo agar wisatawan kembali berkunjung ke kawasan tersebut. (TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO)

Suhadi menambahkan, semua lapak di Menara Kopi dibangun dengan biaya pribadi pedagang, rata-rata Rp1,2 juta per orang.

“Kita bikin sendiri, pemerintah janji bantu tapi sampai sekarang belum ada realisasinya,” ujarnya.

Kondisi serupa dirasakan Saiful Anwar, juru parkir yang telah bekerja di sekitar Malioboro selama puluhan tahun.

Sejak relokasi dilakukan pertengahan Juli lalu, ia mengaku tidak lagi memiliki penghasilan tetap.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved