Viral Modus Pemandu Liar Tipu Wisatawan di Kraton Yogyakarta

Narasi menyesatkan mengenai status operasional Kraton, dan akhirnya hanya dibawa ke museum kereta serta toko lukisan batik.

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Yoseph Hary W
DOK. Kraton Jogja
ILUSTRASI: Foto Keraton Yogyakarta atau Kraton Jogja 

Di dalam galeri itu terdapat lukisan-lukisan Batik yang menurutnya memang indah. Namun ia batal membeli setelah mendengar penjelasan dari pemandu yang dinilai tidak masuk akal.

“Dia bilang, ‘Mbak, kalau nanti bosan dengan lukisannya, jangan dijual di tempat lain. Bawa kembali ke sini, bisa ditukar dengan lukisan lain. Atau uangnya bisa dikembalikan. Bahkan 5–10 tahun lagi masih berlaku.’ Di situ aku langsung, ya sudahlah, ini jelas ngarang,” katanya.

Selain itu, pameran lukisan raja-raja yang dijanjikan ternyata tidak seperti yang digambarkan.

“Ternyata ‘pameran lukisannya’ hanya berupa potret raja-raja yang dicetak biasa, bukan lukisan. It’s not even a painting, it’s printing. Sungguh memaksakan,” ujarnya.

Ia mengaku kecewa dan merasa rugi waktu, serta memikirkan bagaimana pengalaman serupa akan berdampak pada wisatawan asing.

“Aku saja yang orang Indonesia ditipu kayak gini, gimana turis luar negeri? Ini tidak hanya buruk bagi wisatawan, tapi juga menjelekkan nama Kraton,” ucapnya.

Ia kemudian mengecek ulasan di Google Review dan menemukan banyak pengalaman serupa, termasuk modus “kopi 100 ribu” yang sempat viral. Karena itu, ia memilih menambah suaranya agar wisatawan lain waspada.

“Kami justru senang ditemani tour guide. Tapi tolong lakukan dengan jujur. Pendampingan ke tempat oleh-oleh tidak masalah, asalkan kami tetap bisa mengunjungi wishlist utama kami, yaitu Kraton itu sendiri,” katanya.

Cerita sama dari wisatawan lain

Cerita berikutnya datang dari akun @dinndinoo, yang mengunggah pengalaman hampir identik dan mengaku baru sadar bahwa ia juga menjadi korban setelah melihat unggahan orang lain. Ia berkunjung bersama keluarga pada 4 Januari 2024, kunjungan pertama ke Yogyakarta setelah belasan tahun.

Ia menceritakan bahwa keluarganya diarahkan parkir dekat lokasi tersebut dan secara otomatis menuju loket di pintu samping.

“Aku pikir itu pintu utama, apalagi sebelum kami datang ada orang lain yang juga membeli tiket di situ,” katanya.

Setelah membeli tiket untuk enam orang, seorang pria datang menawarkan jasa sebagai pemandu. Ia tidak mengetahui detail percakapan antara pemandu dan ayahnya, sehingga tidak tahu apakah pemandu itu juga mengatakan bahwa Kraton tutup. Namun ia diarahkan langsung ke Museum Wahana Rata, sama seperti pengalaman yang terjadi pada @pakebatiktiaphari.

Ia menyebut kunjungan berakhir hanya di museum tersebut.

“Dalam bayanganku, kami akan masuk ke area utama Kraton seperti yang banyak terlihat di foto. Aku pikir setelah ke museum, kami akan diajak masuk ke bagian dalam. Tapi kunjungan kami hanya berhenti di museum kereta saja,” ujarnya.

Selepas itu, keluarganya diarahkan ke sebuah toko lukisan batik di rumah dekat museum itu.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved