Kisah Inspiratif

Kisah Sri Ratna Saktimulya Menyusun Manuskrip Kuno Koleksi Museum Sonobudoyo Yogyakarta

Bagi Sakti, naskah kuno tidak pernah berhenti berbicara. Ia hidup pada setiap lembar yang disentuh dan setiap generasi yang meneruskannya.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Dok. Istimewa
Potret Sri Ratna Saktimulya bersama naskah-naskah kuno yang sedang dikajinya di Perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman. 

Beberapa karya yang terabadikan dalam buku Sastra Menitra di antaranya karya puisi atau geguritan yang berisi ungkapan terima kasih pada Sakti, karya tulis hasil liputan seputar kampus dan situasi politik negara, serta karya iluminasi rubrikasi, rerenggan, wedana gapura renggan, dan wedana renggan yang dibuat dengan penuh ketulusan.

Salah satu karya Iluminasi Wedana Renggan oleh mahasiswa Sastra Jawa UGM angkatan 2023 dalam buku
Salah satu karya Iluminasi Wedana Renggan oleh mahasiswa Sastra Jawa UGM angkatan 2023 dalam buku "Sastra Manitra", Senin (17/11/2025). (MG Shafira Puti Krisnintya)

Mahasiswa yang terlibat adalah mereka yang mengikuti mata kuliah yang diampu Sakti meliputi Bahasa Jawa Lisan Komunikatif, Teks Prosa Jawa Baru, Teks Puisi Jawa Baru, Filologi, Kodikologi, dan Bahasa Jawa Tulis Kreatif.

Semua karya merupakan karya asli dari mahasiswa Sastra Jawa UGM angkatan 2022, 2023, dan 2024.

Akhir masa tugas Sakti ditutup dengan pertunjukan sendratasik berjudul “Adisari” yang merupakan alih wahana dari naskah manuskrip skriptorium Pakualaman yang dikaji oleh Sakti.

“Naskah pertunjukannya saya garap sendiri, diambil langsung dari manuskrip kuno berjudul Babad Matawis,” ucapnya.

Pertunjukan yang menandakan masa purna tugas Sakti dikemas dalam bentuk drama tari berpadu dengan gelaran wayang yang diiringi lelagon, geguritan, macapat, dan gamelan.

Ceritanya sendiri mengangkat kisah perjalanan Putri Adisari, kekasih Panembahan Senapati, yang menjadi jembatan ditaklukkannya kerajaan Madiun oleh Mataram.

Babak II pada pertunjukan
Babak II saat tokoh Adisari tengah meneguhkan hatinya untuk berangkat ke Madiun pada pertunjukan "Adisari" karya Sakti di Auditorium Gedung Poerbatjaraka, Jumat (19/09/2025). (Instagram/paksiraras)

Bagi Sakti, naskah kuno tidak pernah berhenti berbicara.

Ia hidup pada setiap lembar yang disentuh, setiap makna yang diungkap, dan setiap generasi yang meneruskannya. 

Purna tugas baginya bukan garis akhir, melainkan jeda untuk menata ulang cara mengabdi.

Tak lagi mengajar di kelas, Sakti melanjutkan amanah sebagai Kepala Perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman dan meneruskan semangatnya menghidupkan cerita leluhur dari manuskrip kuno. 

Apa yang dulu ia temukan di lembaran lawas di masa kecilnya kini menjelma menjadi bekal bagi banyak mata, telinga, dan hati yang ingin melestarikan warisan budaya Nusantara.

(MG Shafira Puti Krisnintya)

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved