Taman Kesenian Tamansiswa Yogyakarta: Sanggar Tradisi untuk Anak dan Remaja

Berpegang pada nilai dan ajaran budi pekerti Ki Hadjar Dewantara, Taman Kesenian Tamansiswa menjadi ruang aman bagi anak-anak untuk bertumbuh.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
MG Shafira Puti Krisnintya
LANGEN CARITA BUMI LESTARI: Anak-anak Taman Kesenian Tamansiswa di salah satu adegan pementasan langen carita bertajuk "Bumi Lestari" di Jayadipuran Culture and Art 2025, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X, Jayadipuran, Yogyakarta, Sabtu (25/10/2025). 

Ringkasan Berita:Taman Kesenian Tamansiswa Yogyakarta, dikenal sebagai Klub Sariswara, melestarikan budaya Jawa melalui kelas karawitan, tari, dan vokal untuk anak-anak dan remaja. Temukan suasana latihan rutin di Pendopo Agung Tamansiswa.

 

Tribunjogja.com -- Menjelang senja, suasana di Pendopo Agung Tamansiswa Yogyakarta terasa begitu hidup. Setiap kendaraan yang melintas akan disambut lantunan tembang dolanan anak, diiringi tabuhan gamelan yang merdu.

Di tempat inilah Taman Kesenian Tamansiswa, atau yang akrab disebut Klub Sariswara, menggelar latihan rutin kesenian. Sanggar ini memiliki misi utama: melestarikan budaya dan kesenian tradisional Jawa.

Awalnya, Taman Kesenian berdiri sebagai pendidikan nonformal bagi murid-murid Tamansiswa. Namun, seiring waktu, sanggar ini berkembang menjadi ruang terbuka bagi seluruh anak-anak di Yogyakarta untuk belajar seni.

Berbagai cabang kelas kesenian tersedia, mulai dari Karawitan, Olah vokal, Tari dolanan anak,Teater operet dan Langen carita.

Belum lama ini, sanggar semakin berkembang dengan membuka kelas karawitan untuk umum.

Fokus utamanya tetap pada anak-anak dan remaja, dengan jadwal latihan setiap Senin dan Kamis.

Menurut Hapsari, pamong pelatih vokal, latihan untuk angkatan baru biasanya dimulai dengan tembang dolanan sederhana seperti Jamuran, Sepuran, dan Cublak Suweng.

Anak-anak juga diajak berani menembang sendiri tembang Jawa yang mereka kuasai.

“Anak-anak juga saya minta untuk nembang sendiri-sendiri tembang Jawa yang mereka bisa,” ucap Hapsari, pamong pelatih vokal Taman Kesenian Tamansiswa, saat ditemui di Pendopo Agung Tamansiswa, Jalan Tamansiswa, Kamis (13/11/2025).

Latihan Vokal Taman Kesenian Tamansiswa
Hapsari tengah melatih olah vokal anak-anak Taman Kesenian Tamansiswa di Taman Indria, Kompleks Pendopo Agung Tamansiswa, Kamis (13/11/2025). (MG Shafira Puti Krisnintya)

Di Taman Kesenian, setiap kali pamong hendak memutuskan sesuatu seperti pemilihan koreo, anak-anak akan selalu dilibatkan dan turut diajak berdiskusi.

Setiap langkah dan keputusan yang dibuat bersama anak-anak adalah bagian dari proses belajar menuju jiwa merdeka, sebagaimana diajarkan oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara.

Hapsari menyampaikan, yang membedakan Taman Kesenian dengan sanggar seni lain tidak lain dari usaha mereka mengajarkan kesenian sambil menerapkan nilai-nilai Tamansiswa dan metode pendidikan Sariswara khas Ki Hadjar Dewantara.

Seperti adanya penanaman pendidikan jiwa merdeka di mana anak diberikan kebebasan namun tetap memberikan pemahaman akan konsekuensi dari pilihan mereka. Dengan begitu anak bisa lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Baca juga: Lestarikan Permainan Tradisional, Murid PAUD di Sleman Diajak Bermain Dolanan Anak

“Tidak hanya pamong yang aktif menyuruh dan memberi contoh lalu anak-anak mengikuti, tapi pamong itu juga harus interaktif. (Kami) memberi kesempatan kepada anak-anak murid untuk berkreasi dan berkembang, nanti baru kita ikut mengarahkan,” tukasnya.

Kesenian Melandasi Pendidikan

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved