Suka Duka Guru TK Menuntun Anak dengan Kasih dan Budi Pekerti

Di antara tawa, tangis, nyanyian lagu dan tembang anak-anak TK Taman Indria, Sih menemukan kebahagiaan sederhana yang tak tergantikan.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
MG Shafira Puti Krisnintya
Sihgiyanti, kepala sekolah TK Taman Indria Ibu Pawiyatan Tamansiswa, di depan pagar bertuliskan nama sekolah pada Selasa (11/11/2025), Jalan Tamansiswa, Yogyakarta. 

Ringkasan Berita:
  • Sihgiyanti telah puluhan tahun mengajar di TK Taman Indria dan kini menjabat kepala sekolah.
  • Ia memilih tetap mengabdi di Tamansiswa meski berstatus guru PNS.
  • Selama lebih dari tiga dekade, ia melalui banyak suka duka sembari menanamkan nilai tata krama, budi pekerti, dan kasih pada anak-anak.

 

TRIBUNJOGJA.COM - Sejak 1989, Sihgiyanti (58) setia mengabdi di TK Taman Indria Ibu Pawiyatan Tamansiswa.

Saat sebagian orang mengejar status dan pengalaman di berbagai tempat, guru atau pamong yang lebih akrab disapa Bu Sih itu justru memilih bertahan di sekolah sederhana yang sarat akan sejarah itu. 

Tiga puluh tahun lebih, ia menyaksikan generasi demi generasi tumbuh di bawah naungan pohon-pohon rindang TK Taman Indria. 

Dengan segudang pengalaman itu, semangat mengajar Sih tidak serta merta pudar dan justru kian meningkat.

Ia mengatakan, menjadi guru Taman Kanak-Kanak (TK) bukanlah sesuatu yang mudah. 

Guru TK tidak hanya tentang mengajak anak belajar teori sambil bersenang-senang, namun juga mengajarkan perihal tata krama dan budi pekerti luhur.

Baca juga: Cerita Guru Sekolah Inklusi di Yogyakarta Belajar Makna Hidup dari Anak-anak

“Kita juga harus memberi sesuatu kepada anak-anak, mengajarkan pembiasaan-pembiasaan. Salim (cium tangan), salam, cara berbicara kepada orang yang lebih tua, itu saya ajarkan kepada anak-anak,” ujar Sih, saat ditemui di TK Taman Indria, Selasa (11/11/2025).

Ada kalanya Sih merasa cukup kewalahan ketika menghadapi anak yang sedang nakal, tetapi antusiasme anak-anak setiap kali ia mengajak bernyanyi atau nembang di sela-sela pelajaran seketika membuat hatinya terasa penuh kembali.

TK Taman Indria (3)
Sih saat sedang mengajarkan dolanan anak kepada murid-murid baru TK Taman Indria pada Masa Pengenalan Linkgungan Sekolah (MPLS), Senin (14/7/2025). (Dok. Istimewa)

Perjalananan Belajar dan Meneguhkan Diri

Saat memasuki dekade keduanya, Sih mendapatkan Surat Keterangan (SK) Guru Bantu dari pemerintah dan hendak dipindah tempatkan dari Tamansiswa.

Namun ia mengajukan banding dan memilih kembali ke tempat di mana langkah pengabdiannya bermula. 

“Belum tahu kalau guru bantu mau diangkat PNS waktu itu. Ibu kepala kepegawaian dinas saat itu mengatakan, 'apa nanti tidak kecewa, tidak getun (menyesal) kalau SK-nya itu tidak kembali ke Tamansiswa dan dicabut kembali.' Terus saya bilang, rezeki itu semua diatur oleh Allah,” katanya sambil tersenyum.

Tidak lama usaha Sih berbuah baik dan ia tetap bisa mengabdi di Tamansiswa sekaligus menerima status guru PNS.

Baca juga: Tahun Depan, 150 Ribu Guru Bakal Dapat Beasiswa Pendidikan Senilai Rp 6 Juta Per Tahun

Sebelum memulai karir sebagai guru, Sih bersekolah di Taman Guru yang pada masanya merupakan sekolah bagi calon-calon pamong Tamansiswa.

Taman Guru dan Taman Indria adalah dua sekolah pertama yang dibuka oleh Ki Hadjar Dewantara saat pertama kali mendirikan Tamansiswa pada tahun 1922.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved