Human Interest Story
Kisah Pelaku UMKM Puluhan Tahun Berdagang Lintas Pameran hingga Tembus Eropa
Tujuannya aktif berjualan dari pameran ke pameran yaitu untuk mencari pembeli jangka panjang atau yang berulang.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM -- Eko Witono (57) memulai usaha Puzzle IQ miliknya sejak tahun 1993. Tidak terhitung berapa banyak pameran dan bazar temporer yang telah ia ikuti.
“Saya sampai sudah capek,” ujarnya diiringi helaan nafas saat ditanya berapa kali mengikuti gelaran pameran.
Walaupun usaha miliknya berbasis di Yogyakarta, Eko tetap mengejar beragam pameran hingga ke luar provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Ke Jakarta itu paling sering, sebab pusatnya juga di sana,” ucapnya.
Ia bercerita, dari tahun 1993 hanya membawa tujuh jenis produk, kemudian di tahun 2000 mulai diperbanyak sekitar 20 jenis, hingga sekarang sudah memiliki sekitar 130-an jenis puzzle kayu.
Eko menyampaikan bahwa tujuannya aktif berjualan dari pameran ke pameran yaitu untuk mencari pembeli jangka panjang atau yang berulang.
Ia menuturkan ada seorang pembeli yang ia temui di pameran, kini memiliki semua koleksi Puzzle IQ dagangannya.
“Saya sampai bingung, mau nawarin apa lagi ke dia (pembeli),” ujarnya sambil tertawa.
Menurutnya permainan ini pada sisi lain bisa menjadi suatu hobi bagi orang yang benar-benar menikmati proses berpikirnya.
Selain bertemu pembeli setia, aktif dalam gelaran UMKM juga memperbesar kemungkinan produk Eko dikenal hingga mancanegara.
Hingga kini pasar produk Puzzle IQ milik Eko tidak hanya di dalam negeri, melainkan tersebar di Asia hingga Eropa.
“Pengiriman Australia, California, Tiongkok, hingga Jepang itu sudah pernah, pembelinya perorangan, saya ketemunya di pameran dan memang itu tujuannya,” tegas Eko.
Meski demikian transaksi antar negara yang ia lakukan dengan pembeli asing tidak selalu berjalan mulus.
Ia bercerita, pembelian dalam jumlah besar seringkali ia terima dari negara tetangga yaitu Malaysia.
Namun ia sangat menyayangkan sebab proses transaksi tersebut terhenti akibat adanya konflik politik antar negara kala itu.
UMKM Beradu Nasib di Luar Kota
Kurang lebih tiga dekade, Eko menggeluti usaha kerajinan yang ia beri nama Puzzle IQ ini. Rupanya bagi Eko permasalahan bukan pada modal, melainkan pasar.
“Soal modal masih bisa cari pinjaman, masih bisa diakalin. Tapi kalau pasarnya yang tidak ada, mau jual ke siapa?” jelasnya.
“Jadi kalau di suatu tempat, persaingannya tinggi, kenapa tidak keluar?” ujar Eko menjelaskan pola berpikir yang mendorongnya untuk terus mencari peluang dari pameran ke pameran di luar kota.
Selama mengikuti pameran di luar kota, Eko bercerita bahwa seringkali akomodasi ditanggung oleh pribadi.
Mungkin menjadi persoalan bagi segelintir UMKM, sebab harus mengeluarkan biaya lagi untuk kebutuhan pribadi.
Namun, Eko memiliki 1001 akal. Kerap kali Ia memilih bermalam di stand dagangannya namun, jika tidak mendapat izin penyelenggara, Ia memilih untuk bermalam di masjid atau mushola terdekat.
“(Pada salah satu pameran) Awalnya saya menginap jauh dari lokasi, tapi ternyata saya harus jalan kaki, naik angkot, terus batas angkotnya tidak sampai lokasi, saya harus jalan kaki lagi. Akhirnya saya pilih bermalam di mushola terdekat, bahkan saya jadi marbot disitu,” ceritanya diiringi gelak tawa.
Mengadu nasib demi ikut serta dalam gelaran UMKM di kota orang membuat Eko harus lebih cerdas menanggapi situasi.
“Jadi kita harus berpikir, kalau masalah itu di akomodasi, ya kita cari penginapan yang gratis,” tukas Eko merangkum jawaban atas persoalan akomodasi.
Baginya, jika keadaan pasar hanya dihadapi dengan keluhan dan sekadar berharap tanpa pergerakan, tetap akan sia-sia.
Ia menambahkan bahwa modal nekat sebagai pelaku usaha terkadang menjadi hal yang penting dalam mencari peluang. (MG|Axel Sabina Rachel Rambing).
Baca juga: Kisah Pemilik UMKM Manggar Natural, Anyaman Rotan yang Mulai Go Global
| Saat Seniman Visual Lulusan ISI Yogyakarta Meresapi Realitas TPST Bantar Gebang |
|
|---|
| Kisah Eka Noviana, Dosen Farmasi UGM yang Masuk Daftar Top 2 Persen Ilmuwan Berpengaruh Dunia |
|
|---|
| Kisah Poniyati, 30 Tahun Mengabdi Tanpa Kepastian, Kini Resmi Diangkat Jadi PPPK di Bantul |
|
|---|
| Kisah Zaira Bertels, Bangun Usaha Pemanfaatan Limbah di Sleman Jadi Produk Interior Berskala Ekspor |
|
|---|
| Cerita Siswi Sekolah Rakyat di Bantul, Sempat Susah Tidur dan Kangen Rumah |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.