Kualitas Ayam Busuk Menu MBG dan Keracunan Siswa, Ini Reaksi Ahli Gizi RSA UGM
Leiyla Elvizahro, S.Gz., Dietisien dari RSA UGM menekankan pentingnya mengenali tanda-tanda makanan yang sudah basi atau tidak higienis dalam MBG
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Yoseph Hary W
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Rentetan kasus keracunan makanan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) terjadi di berbagai daerah.
Di Cianjur, puluhan siswa dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami gejala pusing, mual, dan muntah setelah menyantap makanan MBG.
Hal serupa juga terjadi di Bombana, Sulawesi Tenggara. Kepala Dinas Kesehatan setempat bahkan telah menyatakan keracunan massal berasal dari kualitas ayam yang sudah busuk yang terdapat dalam menu MBG.
Sementara itu, di Bandung, tercatat 342 siswa mengalami gejala keracunan yang sama. Beruntungnya tidak ada siswa yang sampai harus dirawat di rumah sakit.
Terbaru, di Tasikmalaya, sebanyak 24 siswa menjalani pemeriksaan akibat keracunan makanan, delapan di antaranya harus dirawat inap, dan satu siswa dirujuk ke rumah sakit.
Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa sistem distribusi makanan dalam skala besar memerlukan pengawasan ketat, terutama pada aspek penyimpanan dan kebersihan.
Perhatian terhadap detail kecil seperti suhu penyajian dan sanitasi dapur bisa berdampak besar dalam mencegah kejadian serupa.
Menanggapi kasus ini, Leiyla Elvizahro, S.Gz., Dietisien dari Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM), menekankan pentingnya mengenali tanda-tanda makanan yang sudah basi atau tidak higienis.
Ia menjelaskan bahwa makanan basi sering kali dapat dikenali melalui perubahan bau, tekstur, dan warna.
Leiyla mengimbau agar masyarakat membiasakan diri untuk mencium aroma makanan terlebih dahulu sebelum mengonsumsinya.
Deteksi dini lewat pancaindra sering kali cukup untuk mencegah konsumsi makanan yang berisiko.
“Makanan seperti nasi, mie, dan lontong yang kaya karbohidrat akan mudah basi jika disimpan terlalu lama di suhu ruang. Tanda-tandanya antara lain berbau asam, berlendir, atau muncul jamur,” jelas Leiyla.
Keracunan massal dalam kasus MBG diduga kuat terkait dengan buruknya penanganan makanan, terutama dalam aspek penyimpanan dan distribusi.
Leiyla menggarisbawahi bahwa makanan yang disajikan dalam jumlah besar harus memenuhi standar higienitas yang ketat, termasuk pemakaian penutup makanan, penyimpanan di suhu yang tepat, serta kebersihan alat dan tenaga penyaji.
Gunungkidul Bakal Bangun Tiga Shelter Bencana Tahun Ini |
![]() |
---|
Atap Jogja Library Center Malioboro Bocor, DPAD DIY Ungkap Kondisi Kerusakan Koleksi |
![]() |
---|
Sosiolog UGM: Bendera One Piece Sebagai Gambaran Krisis di Indonesia |
![]() |
---|
Lumbung Pangan Mataraman di Piyaman Gunungkidul Diharapkan Tarik Minat Generasi Muda |
![]() |
---|
BI Dorong Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah di DIY Melalui Kegiatan SEMESTA |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.