Joko Triyanto Jadi Produsen Alat Jemparingan Besar dari Kulon Progo, Pasar hingga Mancanegara

Adalah Joko Triyanto, pria asal Kulon Progo yang memproduksi alat Jemparingan. Usaha itu dirintisnya sejak 2012 silam.

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUN JOGJA/Alexander Ermando
JEMPARINGAN: Joko Triyanto saat menjelaskan bahan gendewo Jemparingan yang dibuatnya. Produksi alat Jemparingan telah dirintisnya sejak 2012 silam. 

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Olahraga tradisional sejenis panahan bernama Jemparingan kini semakin dikenal publik. Peralatannya pun semakin banyak yang mencari, di mana salah satu produsennya berasal dari Kulon Progo.

Adalah Joko Triyanto, pria asal Padukuhan Ngulakan, Kalurahan Hargorejo, Kapanewon Kokap yang memproduksi alat Jemparingan. Usaha itu dirintisnya sejak 2012 silam.

"Awalnya karena saya ingin mencarikan olahraga yang tepat untuk anak pertama saya," kata Joko ditemui di kediamannya, Rabu (29/10/2025).

Ia pun memilih olahraga memanah untuk anaknya. Selain ia pun hobi memanah khususnya Jemparingan, ia melihat memanah juga melatih seseorang mengendalikan emosi, bahkan saat dalam kompetisi memanah.

Joko pun belajar membuat alat Jemparingan secara otodidak, bahkan berguru ke ahlinya di Solo, Jawa Tengah. Berbekal ilmu yang didapat, ia mulai memproduksi alat Jemparingan dengan gayanya sendiri.

"Selain memproduksi, saya juga menerima perbaikan alat Jemparingan, melatih, hingga membuat kegiatan Jemparingan," ujarnya.

Alat Jemparingan buatan Joko didominasi bahan alam, baik untuk gendewo (busur) maupun anak panahnya. Adapula yang berbahan PVC yang dikhususkan untuk latihan memanah bagi anak-anak.

Ia membuat alat Jemparingan sesuai pesanan, terutama dalam hal bahan yang digunakan. Alat yang dibuat pun harus disesuaikan dengan karakter dari pemesannya, yang disebut jadi proses paling sulit.

"Misalnya untuk kelenturan bambunya, itu yang paling sulit, belum lagi jika bahannya tidak sesuai harapan," jelas Joko.

Pemasarannya masih mengandalkan sistem konvensional namun tetap menyediakan penjualan secara daring. Cara lain adalah lewat kegiatan pelatihan Jemparingan ke sejumlah sekolah untuk pengembangan pendidikan karakter anak sejak dini.

Gendewo dibanderol mulai dari Rp 350 ribu hingga Rp 1,2 juta, tergantung dari bahan, jenis, kualitas, dan permintaan. Sedangkan anak panah dijual mulai dari Rp 400 ribu sampai Rp 800 ribu untuk 1 lusin atau 12 anak panah.

Alat Jemparingan buatan Joko telah merambah luar Pulau Jawa, bahkan mancanegara. Seperti belum lama ini, ia mendapatkan pesanan dari turis asal Swiss sebanyak 15 unit.

"Ada juga yang pesan dari Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatra Utara," ungkapnya.

Pengerjaan alat Jemparingan melibatkan 5 warga setempat. Selain di kediaman Joko, mereka juga membuat peralatan tersebut di rumahnya masing-masing.

Ia pun cukup senang melihat perkembangan dan minat masyarakat terhadap olahraga Jemparingan. Apalagi Jemparingan juga menjadi salah satu ikon budaya dari DIY, yang tercipta dari Kasultanan Yogyakarta ratusan tahun silam.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved