Human Interest Story

Cerita Mbah Khasanudin, 15 Tahun Lebih Racik Bubur Lodeh di Masjid Sabiilurrosyaad Kauman Bantul

Mbah Khasanudin sudah lebih dari 15 tahun menjadi salah satu juru masak bubur lodeh setiap momen bulan suci Ramadan.

TRIBUNJOGJA.COM/ Neti Istimewa Rukmana
MBAH KHASANUDIN - Juru masak bubur lodeh Masjid Sabiilurrosyaad Kauman, Kalurahan Wijirejo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul, Khasanudin, sedang membuat bubur, Minggu (9/3/2025). 

Akan tetapi, setiap hari Jumat, jumlah bubur yang disajikan bertambah lebih banyak. Jumlahnya pun bisa mencapai 500 porsi bubur yang disajikan. 

Pasalnya, setiap hari Jumat ada banyak orang yang datang ke Masjid Sabiilurrosyaad Kauman untuk ikut ibadah dan buka bersama.

"Tapi, porsi itu ya setiap hari habis. Berapapun yang disajikan pasti habis," ucap dia.

Sedangkan, untuk sayur lodeh dan perlengkap lauk lainnya biasanya diracik oleh ibu-ibu atau warga setempat.

"Jadi, saya cuma nanganin bubur saja. Dan itu enggak pernah saya cicipin karena puasa, tapi rasanya selalu pas," ujarnya.

Sekretaris Takmir Masjid Sabiilurrosyaad Kauman, Haryadi, berujar bahwa penyajian bubur lodeh sudah ada sejak zaman Wali Songo.

Lalu, yang terlibat untuk masak bubur lodeh tersebut dibagi atas tim pokok dan tim non pokok.

"Yang pokok itu adalah turun temurun. Jadi, kalua mereka ada anak, anak itu yang akan mewarisi untuk menjadi tim pokok memasak bubur lodeh selama Ramadan," jelasnya.

Untuk tim pokok hanya dilakukan oleh satu keluarga tertentu, yang di dalamnya terdapat Mbah Khasanudin

Sedangkan, untuk tim non pokok biasa dilakukan oleh seluruh masyarakat setempat yang dalam keadaan senggang.

"Jadi istri saya pun, kalau lagi selo atau tidak kerja ya pasti membantu. Tapi memang harus ada yang dipokokkan. Kalau tidak begitu ya nanti kalau pas repot semua, enggak jadi jalan tradisi ini," ucap dia.

Adapun sumber bahan atau uang modal yang dipergunakan berasal dari donatur. Di

mana, ada yang memberikan uang hingga bahan baku berupa beras dan sebagainya untuk diolah menjadi bubur lodeh.

"Ada juga warga yang merasa, ada bahan apa yang kurang nanti dibelikan. Jadi bahannya dari warga sendiri. Dan kami enggak pernah mencatat siapa saya yang memberi atau targetnya berapa, karena itu pasti selalu ada," tutur Haryadi.

Nilai dan Makna Bubur Lodeh

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved