Mudik Ciptakan Multiplier Effect Ekonomi, Puspar UGM: Pelaku Usaha Jangan Aji Mumpung

Peneliti Pusat Studi Pariwisata (Puspar) Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Destha Titi Raharjana, mengatakan tradisi mudik mampu memberikan multiplie

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Warta Kota/Henry Lopulala
Ilustrasi : Mudik Lebaran 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Mudik adalah fenomena budaya yang setiap tahun dilakukan oleh jutaan masyarakat Indonesia.

Biasanya, mudik atau pulang ke kampung halaman dilakukan di hari besar, seperti Idulfitri, meski tak menutup kemungkinan mudik juga bisa dilakukan di hari besar lain.

Tahun ini, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI memperkirakan sebanyak 193,6 juta penduduk akan melakukan mudik Lebaran, atau naik sekitar 60 persen dibanding tahun 2023 lalu.

Di DI Yogyakarta, Polda DIY memprediksikan jumlah pemudik yang menuju DIY pada saat arus mudik lebaran 2024 mencapai 11,7 juta jiwa.

Baca juga: Kumpulkan 14 Klub se-Asia Tenggara, AFF Gandeng Shopee Gelar Shopee Cup ASEAN Club Championship

Menanggapi hal tersebut, Peneliti Pusat Studi Pariwisata (Puspar) Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Destha Titi Raharjana, mengatakan tradisi mudik mampu memberikan multiplier effect bagi perekonomian yang menjadi daerah tujuan mudik

Sebab, setiap pemudik adalah wisatawan yang akan berkesempatan mengunjungi destinasi wisata dan membelanjakan uangnya sepanjang perjalanan sehingga membangkitkan kegiatan usaha UMKM. 

“Kegiatan mudik Lebaran bisa meningkatkan sektor pariwisata. Selain tujuannya pulang kembali ke kampung halaman, para pemudik yang berkesempatan melihat daya tarik wisata sehingga bisa menambah pendapatan masyarakat sekitar,” kata Destha saat dikonfirmasi, Jumat (5/4/2024).

Selain menambah pendapatan asli daerah lewat tiket masuk wisata dan parkir, arus mudik juga dapat meningkatkan belanja masyarakat dan konsumsi rumah tangga. 

Oleh karena itu, pemerintah bersama penyedia jasa serta pelaku wisata memastikan tumbuhnya ekosistem pariwisata yang nyaman bagi pengunjung dalam rangka mewujudkan destinasi wisata yang bertanggung jawab. 

“Pelaku usaha jasa wisata harus mampu melayani secara proporsional, jangan sampai merusak citra wisata hanya karena menaikkan harga dengan alasan aji mumpung atau memberikan layanan yang kurang baik,” paparnya.

Menurutnya, perlu dihindari hal-hal yang membuat perlakuan yang tidak nyaman pada wisatawan. 

Penting bagi kelompok sadar wisata untuk menjaga citra lokasi wisata dengan baik. 

“Saya kira penyedia jasa dan pemudik perlu menyiapkan segala hal secara seksama agar mendapatkan layanan yang memadai tidak sampai menimbulkan kekecewaan,” tegasnya.

Seperti diketahui, hasil survei dari Kementerian Perhubungan bahwa Puncak arus mudik akan terjadi pada 5-7 April dan arus balik terjadi pada 14-15 April. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved