Penutupan TPA Piyungan

Aturan Baru Pengambilan Sampah di Sleman, DLH Tidak Akan Ambil Sampah Jika Warga Tidak Pilah

DLH Sleman buat aturan baru pengambilan sampah di Sleman, sampah tidak akan diambil jika tidak dipilah-pilah.

Tangkapan Layar Live Streaming Facebook Tribun Jogja
Aturan Baru Pengambilan Sampah di Sleman, DLH Sleman Tidak Akan Ambil Sampah Jika Warga Tidak Pilah. FOTO: Kepala DLH Sleman Epiphana Kristiyani saat ditemui Tribunjogja.com, Kamis (27/7/2023) 

Warga biasa mencari rumput dan menanam cabai, sayur, dan pepohonan di sana.

Sementara itu, sebagian lahan TPA Piyungan rencananya akan dibuka kembali mulai Jumat (28/7/2023).

Namun, lahan di sana hanya akan menampung maksimal 200 ton sampah per hari.

Sampah yang tidak tertampung di TPA Piyungan, akan diletakkan di TPS sementara.

Lokasi TPS sementara masih dicari, namun menurut Kepala DLH Sleman, Epiphana Kristiyani, lokasinya akan tetap di Kapanewon Cangkringan.

Baca juga: Tanggapan Warga Soal Rencana TPS Sementara Jogja di Lahan Hijau Umbulharjo Cangkringan

Baca juga: Warga Karenggeneng Cangkringan Pasang Spanduk Protes Penolakan Tempat Penampungan Sampah Sementara

TPS sementara tetap di Cangkringan

Kepala DLH Sleman Epiphana Kristiyani saat ditemui Tribunjogja.com, Kamis (27/7/2023)
Kepala DLH Sleman Epiphana Kristiyani saat ditemui Tribunjogja.com, Kamis (27/7/2023) (TRIBUNJOGJA.COM/Ahmad Syarifudin)

Saat ditemui wartawan Tribunjogja.com, Kamis (27/7/2023), Kepala DLH Sleman Epiphana Kristiyani menerangkan, pihaknya sedang mencari lahan baru untuk TPS sementara, menggantikan lahan di Karanggeneng yang ditolak warga.

Menurutnya, ada beberapa alasan mengapa Cangkringan dipilih sebagai lokasi TPS sementara selama kurang lebih 2 bulan ke depan.

“Kenapa di Cangkringan? (Alasan) yang pertama, karena jauh dari pemukiman terutama untuk area-area bekas tambang, sangat jauh dari pemukiman,” ungkap Epiphana.

“Karena nanti, kalau saya mencari di tempat lain, akan ada dampak yang harus kita kelola yang lain, dan ini sulit. Mengelola dampak sosial itu sangat sulit,” katanya.

Ia mengatakan, pihak DLH Sleman terbantu dengan keputusan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X yang memberikan Sultan Ground (tanah milik Keraton Yogyakarta) untuk dijadikan TPS sementara.

“Kebetulan kami dibantu. Pak Sultan ngendika (berkata) bahwa beliau sudah menyediakan tanah (Sultan Ground) di Cangkringan. Artinya, secara psikologis, masyarakat mungkin (akan menerima) ‘Ya, ini sudah dhawuh (perintah) Pak Sultan’,” ujar Epiphana.

“Artinya, saya sudah direduksi untuk masalah sosial, karena kemarin kan dalam proses kita memperoleh tempat yang pertama (TPS sementara di Karanggeneng) yang walaupun gagal, ini kan sebetulnya saya sudah dibantu Pak Lurah, bagaimana untuk menyadarkan masyarakat,” ungkapnya.

“Ini bukan perkara yang mudah lho itu. Kemudian lagi, kemarin kan kita sosialisasinya, pertama pada perangkat, kami harus (menjelaskan) kenapa Cangkringan, lalu apa-apa kan harus kita jelaskan, mereka (masyarakat Cangirngan) sudah menerima, sebagian orang (warga Cangkringan) itu sudah tahu,” terang Epiphana.

“Kemudian yang kedua kemarin sosialisasinya ke tokoh masyarakat. Artinya, sebetulnya proses untuk mendapat (restu dari masyarakat), mengelola dampak sosial, ini kan sudah kita mulai (di Cangkringan) dan di sana agak-agak baik (respons-nya),” kata Epiphana.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved