Ancaman Si Raja Singa, Epidemiolog UGM: Kasus Sifilis Meningkat karena Upaya Skrining Masif

“Kasusnya meningkat karena ada peningkatan kapasitas program triple eliminasi. Secara global dan nasional, ada komitmen untuk mengeliminasi

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
net
tanda dan gejala sifilis 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kasus Sifilis di DI Yogyakarta mengalami peningkatan.

Menurut Dinas Kesehatan DI Yogyakarta, di tahun 2020, ada 67 kasus sifilis dan itu meningkat di tahun 2021 menjadi 141 kasus.

Kemudian, di tahun 2022, ada 333 kasus. Sementara, hingga Maret 2023, ada 89 kasus sifilis yang tercatat, sejak awal Januari.

Baca juga: DKPP Kabupaten Bantul Siapkan Langkah Antisipasi Gagal Panen Saat Musim Kemarau 2023

Sifilis atau raja singa adalah penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum.

Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad menyebut, peningkatan kasus itu bisa terjadi karena adanya peningkatan kapasitas program pengecekan sifilis.

“Kasusnya meningkat karena ada peningkatan kapasitas program triple eliminasi. Secara global dan nasional, ada komitmen untuk mengeliminasi tiga penyakit untuk ibu hamil, yaitu HIV, sifilis dan hepatitis B,” katanya yang akrab disapa Doni kepada Tribun Jogja, Kamis (11/5/2023).

Sifilis menjadi salah satu penyakit yang perlu diskrining sejak awal lantaran ada kekhawatiran anak-anak akan terjangkit sifilis kongenital

“Karena ini sudah komitmen global, jadi komitmen nasional dan prioritas. Ada upaya lebih sistematik agar ibu-ibu hamil ini dapat skrining tiga penyakit itu,” jelas dia.

Maka, menurut dia, ini adalah hal yang logis apabila ada peningkatan kasus sifilis di Indonesia juga DIY.

“Kita tidak tahu, angka sebenarnya ini naik atau tidak, tapi peningkatan kasus ini disebabkan karena peningkatan penemuan. Awalnya tidak diskrining, kemudian diskrining, sekarang jadi ada catatannya,” kaya Doni.

Ditanya apakah kasus akan naik lagi, kata Doni, kasus sifilis bisa saja naik lagi hingga di titik dimana kasus yang diskrining mulai sedikit.

“Kapannya, kita gak tahu kecuali kita punya estimasi yang jelas,” terangnya. (Ard)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved