Lebih Cepat dan Produktif dari Sawit, Mikroalga Berpotensi Jadi Energi Hijau Masa Depan
Mikroalga dinilai memiliki potensi besar sebagai sumber energi terbarukan di Indonesia
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA — Mikroalga dinilai memiliki potensi besar sebagai sumber energi terbarukan di Indonesia, bahkan disebut-sebut lebih unggul dari sawit.
Hal ini diungkapkan oleh Prof. Ir. Arief Budiman, MS., D.Eng., IPU., Direktur Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (PUI-PT) "Biorefinery Mikroalga" PSE UGM dalam acara podcast Jejak Hijau.
Menurut Prof. Arief, Indonesia memiliki kekayaan biodiversitas dengan sekitar 20 ribu jenis mikroalga, meskipun baru sekitar 600 di antaranya yang berhasil diidentifikasi.
Kondisi geografis yang mendukung menjadikan mikroalga sebagai alternatif energi masa depan yang berkelanjutan.
“Di PSE UGM, kami memang fokus mengembangkan biorefinery mikroalga. Salah satunya, kami mengisolasi jenis mikroalga lokal dari Dieng dan mengeksplorasinya untuk energi maupun pangan,” kata Prof. Arief.
Baca juga: Prof. Arief Budiman Ungkap Potensi Mikroalga: Solusi Terbarukan untuk Masa Depan Energi Indonesia
Ia menjelaskan, salah satu jenis yang dikembangkan adalah Euglena. Mikroalga ini dianggap unggul karena produktivitas biomassanya yang jauh lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya.
Prof. Arief memaparkan, jika jagung hanya menghasilkan 200 liter minyak per hektar per tahun, kedelai 500 liter, dan sawit 5.000 liter, maka mikroalga mampu mencapai 20.000 liter minyak per hektar per tahun, atau sekitar empat kali lipat dari sawit.
Selain produktivitas yang tinggi, mikroalga juga bisa dipanen lebih cepat, yaitu hanya dalam waktu 7-10 hari, sangat efisien jika dibandingkan dengan sawit yang baru bisa dipanen setelah dua tahun.
"Mikroalga ini hidup dengan fotosintesis, menyerap CO2 dan sinar matahari. Kemampuannya menyerap CO2 bahkan bisa 10 kali lebih tinggi daripada tanaman darat,” ujarnya.
Sebagai bagian dari pengembangan, PSE UGM kini bekerja sama dengan berbagai pihak. Di Cilacap, mereka telah memasang alat kultivasi skala 150.000 liter.
Diharapkan teknologi ini dapat mendukung upaya dekarbonisasi industri sekaligus membuka peluang riset lanjutan.
Dengan potensi tersebut, mikroalga dipandang bukan hanya menjanjikan sebagai energi terbarukan, tetapi juga bermanfaat untuk pangan, mitigasi emisi, serta pengelolaan limbah di masa depan. (*)
Dosen UGM Sebut Kenaikan Tunjangan DPR Bukti Kurangnya Sense of Crisis |
![]() |
---|
Dana Bantuan Parpol di Sleman Diusulkan Naik Hingga 140 Persen, Ini Tanggapan Akademisi UGM |
![]() |
---|
Status Mahasiswa Magister UGM Kampus Jakarta Jadi Aktor Intelektual Pembunuhan Kacab Bank |
![]() |
---|
UGM Nonaktifkan Mahasiswa Pelaku Penculikan dan Pembunuhan Kacab Bank BUMN |
![]() |
---|
Probiotik Lokal Masih Terlupakan, Prof Trisye UGM: Kesehatan Usus Tak Boleh Diabaikan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.