Jejak Hijau
6 Transformasi Sawit Menuju Keberlanjutan Menurut Ahli Pangan UGM
Transformasi sawit menuju keberlanjutan membutuhkan kebijakan, teknologi, dan literasi publik yang berjalan serentak.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Ikrob Didik Irawan
TRIBUNJOGJA.COM - Transformasi sawit menuju keberlanjutan membutuhkan kebijakan, teknologi, dan literasi publik yang berjalan serentak.
Dalam Program Jejak Hijau Tribun Jogja, literasi digital untuk bumi yang berkelanjutan, Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM, Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo, M.Sc. memetakan langkah strategis dari hulu hingga hilir.
Pertama, moratorium perluasan lahan dan peremajaan sawit.
Pergantian tanaman tua berproduktivitas rendah dengan varietas unggul dapat menaikkan hasil tanpa menambah bukaan hutan. Ini menjawab kekhawatiran deforestasi sekaligus menjaga pendapatan petani.
Kedua, dekarbonisasi proses lewat energi biomassa dari residu kebun, yakni tandan kosong, pelepah, hingga limbah cair pabrik.
Substitusi BBM dengan biomassa menurunkan emisi sekaligus memanfaatkan sumber energi lokal.
Ketiga, diplomasi berbasis sains.
Sejak 2015, pemerintah membentuk Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang salah satu agendanya adalah meningkatkan literasi sawit bagi diplomat dan publik internasional, agar informasi yang tersampaikan akurat dan komprehensif.
Keempat, literasi kampus melalui program “sawit masuk kampus” dan hibah riset mahasiswa.

Debat terbuka, kompetisi ilmiah, dan publikasi hasil riset mendorong generasi muda memahami tantangan dan peluang sawit secara seimbang.
Kelima, keterlacakan (traceability) dan publikasi data.
Narasi keberlanjutan perlu didukung bukti yakni peta pasokan bebas deforestasi, audit energi proses, dan indikator sosial bagi masyarakat adat/sekitar kebun.
Keenam, kemitraan industri-riset-media. Prof Sri menilai jurnalisme data dan komunikasi sains berperan vital menembus bias informasi.
“Hal-hal yang sebenarnya tentang sawit harus terus disampaikan,” ujarnya.
Program Jejak Hijau Tribun Jogja hadir sebagai wadah yang menjembatani kepentingan ekologi, ekonomi, dan kesehatan.
Dengan tata kelola yang akuntabel dan inovasi teknologi, sawit Indonesia berpeluang menjadi contoh praktik minyak nabati berkelanjutan di kawasan tropis. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.