Prof. Sri Raharjo UGM Jelaskan Tantangan Keamanan Pangan dalam Program MBG

Tujuan utama program Makan Bergizi Gratis adalah meningkatkan status gizi siswa di seluruh Indonesia

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Hari Susmayanti
Dok Tribun Jogja
JEJAK HIJAU: Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) UGM sekaligus Guru Besar Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian FTP UGM, Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo, M.Sc., saat menjadi narasumber podcast Jejak Hijau yang tayang Rabu (3/9/2025) 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang tengah digulirkan pemerintah mendapat perhatian dari kalangan akademisi.

Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo, M.Sc., Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) UGM sekaligus Guru Besar Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian FTP UGM, menilai ada sejumlah hal penting yang perlu diantisipasi, terutama terkait aspek keamanan pangan.

Dalam podcast yang tayang 3 September 2025, ia menjelaskan bahwa tujuan utama MBG adalah meningkatkan status gizi siswa di seluruh Indonesia.

Namun, menurutnya penyediaan makanan dalam jumlah besar dengan cakupan luas membawa konsekuensi risiko tinggi jika tidak dikelola secara tepat dan profesional.

“Program ini sangat baik untuk meningkatkan gizi anak sekolah. Tetapi, perlu diingat bahwa pengelolaannya harus benar-benar siap agar manfaatnya dapat tercapai optimal,” ujarnya.

Ia menambahkan, tantangan muncul ketika penyediaan makanan dilakukan dalam volume besar, khususnya dari bahan pangan segar menjadi pangan siap saji.

“Membutuhkan fasilitas, peralatan, dan tenaga yang memadai. Jika tidak, kualitas pangan bisa menurun dan tujuan program bisa terhambat,” jelasnya.

Selain itu, frekuensi penyajian yang berulang setiap hari dalam jangka panjang juga memperbesar tantangan dalam menjaga keamanan pangan.

Baca juga: Prof. Lily Arsanti: Buah dan Sayur Lokal Kunci Sehatkan Bangsa dan Wujudkan SDGs

“Tidak cukup sekali saji, tapi berulang hingga satu semester. Hal ini tentu membutuhkan pengawasan yang konsisten dan sistematis, mulai dari persiapan hingga penyajian di sekolah-sekolah,” katanya.

Menurutnya, bahan pangan hewani seperti daging, ikan, telur, dan susu juga menjadi titik rawan dalam program ini.

“Pangan hewani ini tinggi gizi, tetapi mudah rusak sehingga penanganannya harus ekstra hati-hati,” terang Prof. Sri Raharjo.

Ia juga menyoroti kondisi konsumen yaitu anak-anak sekolah yang lebih membutuhkan perhatian dalam pemenuhan gizi.

“Ketahanan tubuh siswa tidak selalu fit 100 persen. Sedikit saja terganggu, bisa menimbulkan keluhan kesehatan ringan,” tegasnya.

Prof. Sri Raharjo menilai, ketika faktor-faktor tersebut bertemu volume besar, frekuensi tinggi, pangan berisiko, dan konsumen yang rentan, maka diperlukan kewaspadaan ekstra dari semua pihak.

“Karena itu, perlu kesiapan penuh dari hulu ke hilir agar tujuan MBG benar-benar tercapai tanpa menimbulkan hambatan dalam pelaksanaannya,” pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved