Profesor UGM: Hilirisasi dan SDM Jadi Kunci Indonesia Kuasai Energi Hijau Global
hilirisasi industri dan pengembangan SDM adalah kunci utama bagi Indonesia untuk menjadi pemain global dalam pengembangan energi hijau.
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA — Prof. Dr. Ir. Sarjiya, S.T., M.T., Ph.D., IPU., Kepala Pusat Studi Energi (PSE) Universitas Gadjah Mada (UGM), menegaskan bahwa hilirisasi industri dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) adalah kunci utama bagi Indonesia untuk menjadi pemain global dalam pengembangan energi hijau.
Pernyataan ini disampaikan dalam podcast Jejak Hijau edisi 8 Agustus 2025. 
Prof. Sarjiya menjelaskan bahwa pengembangan teknologi energi bersih harus berlandaskan ekonomi yang kuat. 
Menurutnya, karena Indonesia masih sangat bergantung pada energi fosil, teknologi hijau harus diterapkan secara bertahap agar tidak membebani sistem energi nasional.
“Ketika kita ingin mengembangkan, harus ada demand, lalu teknologi hijau bisa tumbuh. Ekonomi harus berkembang, energi juga, baru teknologi bisa diterapkan,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya hilirisasi industri untuk mengoptimalkan manfaat energi.
Sebagai contoh, industri smelter akan memiliki nilai tambah lebih besar jika diikuti dengan pengembangan industri baterai dan fotovoltaik (PV) di dalam negeri.
"Industri hilirisasi juga butuh SDM yang siap, mulai dari engineer untuk R&D hingga operator," tambah Prof. Sarjiya. 
Ia menyebutkan perlunya mekanisme pembentukan SDM, termasuk transfer teknologi dan pelatihan praktis, untuk memastikan manfaat jangka panjang bagi bangsa.
Menurutnya, perguruan tinggi memiliki peran vital sebagai lembaga riset yang mendukung manufaktur energi hijau. 
Baca juga: Lebih Cepat dan Produktif dari Sawit, Mikroalga Berpotensi Jadi Energi Hijau Masa Depan
Kolaborasi dengan lembaga pelatihan juga penting untuk menyiapkan tenaga kerja yang kompeten.
Investasi di sektor ini tidak hanya harus fokus pada mesin, tetapi juga pada penciptaan "green jobs" yang dapat mendorong ekonomi nasional.
Prof. Sarjiya juga mengingatkan urgensi energi hijau bagi masyarakat. 
Perubahan iklim menuntut dekarbonisasi sektor energi melalui pemanfaatan energi bersih dan efisiensi.
“Di level masyarakat, bisa dimulai dari hal kecil seperti menggunakan lampu atau AC hanya saat dibutuhkan. Ini bagian dari transisi energi yang bisa kita lakukan," pungkasnya.
Secara keseluruhan, kontribusi masyarakat dan kesiapan SDM nasional menjadi fondasi agar Indonesia bisa menjadi pemain aktif dalam energi terbarukan dan memanfaatkan peluang ekonomi hijau yang sangat luas. (*)
| Kelanjutan Sidang Christiano Tarigan: Kuasa Hukum Minta Bebas Tuntutan | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Info Pendidikan: EHEF 2025 Hadir di GIK UGM, 87 Kampus Eropa Tawarkan Beasiswa | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Simpang Siur Isu Pertalite Campur Etanol, Ini Analisis Akademisi UGM | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Pakar UGM Sebut Judi Online Ciptakan Rantai Kerentanan Sosial Baru di Indonesia | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Mengenal Apa Itu Gamagora 7, Varietas Padi Inovasi UGM yang Tahan Iklim dan Kaya Gizi | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|

                
												      	
												      	
												      	
												      	
												      	
				
			
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.