Kunci Efektivitas Program Makanan Bergizi Gratis: Bahan Lokal dan Evaluasi Terukur

Menurut Prof. Lily, program makan bergizi gratis ini berpotensi besar mengenalkan pola makan sehat sejak dini.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Hari Susmayanti
freepik.com
Ilustrasi makan bergizi gratis 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah tengah menjadi sorotan.

Topik ini dibahas dalam podcast Jejak Hijau edisi 13 Agustus 2025 dengan menghadirkan Prof. Dr. Lily Arsanti Lestari, S.T.P., M.P., Guru Besar Ilmu Gizi Dasar dari FK-KMK Universitas Gadjah Mada (UGM).

Podcast dengan tagline “menelusuri dampak, menyuarakan harapan” tersebut menyoroti efektivitas MBG serta tantangan pelaksanaannya di berbagai daerah.

Menurut Prof. Lily, program ini berpotensi besar mengenalkan pola makan sehat sejak dini.

“Ketika MBG dikelola dengan baik, maka akan menjadi salah satu pintu masuk untuk mengenalkan serat, buah, dan sayur kepada anak-anak,” jelasnya.

Ia menekankan pentingnya penggunaan bahan pangan alami dan lokal dibandingkan produk olahan instan.

Menurutnya, makanan siap saji kurang mendidik anak untuk memahami gizi seimbang.

“Iya, seperti sosis, nugget itu kan tinggal goreng, jadi bisa dihindari,” tegasnya.

Baca juga: Kisah Siswa di Klaten Tak Masuk Sekolah Selama Sepekan, Trauma Gagal Jadi Anggota Lomba Tim Aubade

Prof. Lily juga menyoroti kendala distribusi yang berbeda antara wilayah perkotaan dan pelosok.

Ia menyarankan dapur pengolahan ditempatkan dekat sekolah agar waktu tempuh lebih singkat dan makanan tetap aman dikonsumsi.

“Ya mungkin menggunakan sumber daya lokal di daerah itu yang bisa diolah menjadi bahan baku MBG, dan mendekatkan dapur ke lokasi sekolah,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menekankan perlunya evaluasi terukur untuk menilai keberhasilan program.

Dampak yang diukur tidak hanya jumlah makanan yang dibagikan, tetapi juga perubahan status gizi hingga peningkatan konsentrasi belajar siswa.

“Misalnya, anak sekolah banyak yang tidak sarapan sehingga konsentrasinya terganggu. Nah, ini bisa dievaluasi apakah dengan MBG konsentrasi belajar meningkat,” terangnya.

Ia menambahkan, jangkauan program harus tepat sasaran.

Pemetaan data dinilai penting agar anggaran benar-benar digunakan untuk mereka yang membutuhkan.

“Menurut saya, MBG akan lebih bagus kalau tepat sasaran. Jadi dana yang sekian besar itu memang tepat sasaran, sehingga akan lebih efektif,” pungkasnya.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved