Berita Jogja Hari Ini
Perkedwi DIY Dukung Pemberian Edukasi Pertolongan Pertama Emergency Tourism
Emergency tourism atau kedaruratan di dunia pariwisata menjadi hal yang perlu dipersiapkan ketika sedang berwisata di suatu tempat.
Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Emergency tourism atau kedaruratan di dunia pariwisata menjadi hal yang perlu dipersiapkan ketika sedang berwisata di suatu tempat.
Namun, hal itu harus didukung dengan edukasi yang sesuai untuk dapat memberikan pertolongan pertama secara tepat.
"Orang Indonesia itu baik-baik. Jadi, kalau ada kecelakaan itu banyak yang mau menolong. Masalahnya yang tau (cara) menolong (dengan tepat) itu belum terlalu banyak. Niatnya pertolongan pertama pada kecelakaan malah menjadi kecelakaan pertama pada pertolongan. Karena ketidaktahuan atau ketidaksengajaan," jelas Anggota Perhimpunan Kedokteran Wisata Indonesia (Perkedwi) Daerah Istimewa Yogyakarta, dr. Luthfi Hidayat SpoT (K), kepada Tribun Jogja saat menghadiri Bincang Kesehatan Emergency Tourism di Studio 52 Sudirman, Kamis (9/3/2023).
Baca juga: Pemkot Magelang Buka Seleksi Terbuka untuk Mengisi Jabatan Sekretaris Daerah
Sehubungan dengan hal tersebut, Perkedwi DIY hadir untuk membantu pemerintah dan Ikatan Dokter Indonesia dalam memajukan kesehatan di Indonesia.
"Kemudian yang kedua adalah kita mendukung bagaimana orang yang berwisata di Indonesia itu terutama di Yogyakarta merasakan aman," jelasnya.
Walau saat berkunjung ke suatu area wisata umumnya para wisatawan sudah membayar Jasa Raharja, sebagaimana perusahaan BUMN yang bertanggung jawab mengelola ansuransi kecelakaan bagi korban kecelakaan yang mengalami musibah kecelakaan di darat dan laut, namun hal itu dinilai perlu didorong dengan pengetahuan pertolongan pertama saat terdapat kecelakaan yang menimpa seseorang.
"Kalau ternyata misalnya ada yang jatuh (mengalami kecelakaan) siapa yang akan menolong? sudah tahu diajari belum? Nah terus itu bagaimana? Karena, kecelakaan bisa terjadi di mana saja kapan saja," tutur dr. Luthfi.
"Kadang kala kondisi (kecelakaan) misalnya (wisatawan berada) di Alun-alun sama kejadian (kecelakaan saat menggunakan) Jip (wisata) itu akan berbeda (proses) pertolongananya. Belum juga ketika di pantai ada resiko tenggelam. Jadi setiap lokasi pun punya kekhasan (cara pertolongan pertama) sendiri," sambung dia.
Ia pun berusaha untuk menciptakan kemanan saat berwisata dengan bekerja sama teman-teman pariwisata.
"Seperti di luar negeri itu hampir semua (pelaku wisata) sudah terlatih untuk (menangani) kegawatan. Kalo ini bisa diterapkan di area pariwisata, di mall misalnya ada kejadian terjepit dan kakinya kenapa-kenapa, siapa yang akan menolong? Jadi gimana penanganan pertamanya?" urainya.
"Penanganan pertama kadangkala yang paling penting. Misalnya ada gangguan nafas itu bisa meninggal kurang dari lima menit. Artinya lima menit pertama itu golden period. Makanya kalau mau menunggu dokter pasti akan terlewat lima menit. Apalagi panik. Nah kalau misalnya ada petugas di area itu yang sudah siap pasti akan bisa membantu," imbuh dr. Luthfi.
Kendati begitu, pihaknya pun sedang membuat modul aplikasi pertolongan pertama pada kecelakaan sesuai dengan area dan tragedi yang berlangsung. Nantinya, aplikasi itu bisa diakses dengan mudah bagi orang yang membutuhkannya.
"Saya rasa ini cukup baru di Indonesia," tandas dr. Luthfi. (Nei)
KENAPA Cuaca di Yogyakarta Terasa Dingin Akhir-akhir Ini? Ini 5 Fakta Menariknya |
![]() |
---|
Kronologi 3 Wisatawan Asal Sragen dan Karanganyar Terseret Ombak di Pantai Parangtritis |
![]() |
---|
Banyak Moge Harley Davidson Lewat Jogja, Ada Event Apa? |
![]() |
---|
Produsen Anggur Merah Kaliurang Buka Suara, Produksi Dihentikan, Produk Ditarik dari Pasaran |
![]() |
---|
INFO Festival Durian Jogja di Sleman Ada All You Can Eat dan Lomba Makan Durian 26-29 Januari 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.