Tinggalkan Profesi Dosen, Wiwiek Banting Memilih Merajut Untuk Alasan Kemanusiaan
Dia adalah Wiwiek Ambarwati (63), seorang perajin sulam yang berdomisili di Perumahan Candi Gebang, Wedomartani, Sleman.
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Kurniatul Hidayah
Pelatihan merajut untuk pengungsi dilakukannya pertama kali di Stadion Maguwoharjo yang menjadi salah satu tempat pengungsi.
Semua peralatan merajut disediakannya secara gratis.
Ternyata, animo yang diberikan masyarakat sangat positif.
Hingga, akhirnya pelatihan pun dilakukan hingga ke tempat pengungsi daerah Kalitengah Lor.
"Ternyata, cukup memberikan efek penyembuhan kepada mereka (pengungsi). Tidak ada lagi keluhan dan kesedihan. Hasil karya mereka pun saya jual dan hasilnya dibelikan untuk kebutuhan pengungsi," tuturnya.
Merasa nyaman memberikan ketenangan kepada pengungsi.
Membuat dirinya menjadi tertarik untuk terus melakukan kegiatan ini.
Baca juga: Libur Akhir Tahun, Sekda Kota Magelang Imbau Pegawai Pemkot Tidak Pergi ke Luar Kota
Baca juga: KPU Sleman Musnahkan 4.267 Surat Suara Rusak
Dari situ, ia mulai berpikir untuk menanggalkan status sebagai pengajar formal. Dan, tepat dua bulan setelah kejadian Merapi di Desember 2010, ia pun memantapkan kata hatinya.
"Kalau ditanya kenapa? Saya juga tidak ada jawaban. Karena, mengalir saja seperti itu. Hingga, kini saya pun tetap aktif memberikan pelatihan merajut secara gratis kepada orang-orang yang membutuhkan," terangnya.
Ia pun berharap, dengan adanya pelatihan yang terus dilakukannya dapat memberikan manfaat kepada orang sekitar.
Serta, melahirkan generasi-generasi yang bisa merajut.
"Saya hanya bisa lakukan bantuan kecil ini. Ke depannya, semoga perajin sulam bisa bertambah banyak dan dapat dijadikan sebagai tambahan ekonomi bagi masyarakat," pungkasnya. (ndg)