Berita Jogja Hari Ini

Mengapa Jembatan Pandansimo Berubah Nama Jadi Jembatan Kabanaran? Ini Sejarahnya

Jembatan Pandansimo berubah nama menjadi Jembatan Kabanaran, diresmikan Presiden Prabowo pada hari ini, Rabu (19/11/2025).

TRIBUN JOGJA/Alexander Ermando
JEMBATAN KABANARAN: Ornamen berbentuk Gunungan di bagian tengah Jembatan Pandansimo diabadikan saat hari pertama Uji Coba Lalu Lintas Terbuka, Senin (29/09/2025). 

Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengku Buwono I) lahir pada 5 Agustus 1717.

Saat lahir, ia diberi nama Bendara Raden Mas (BRM) Sujono. Ia adalah putra Sunan Amangkurat IV, melalui garwa selir yang bernama Mas Ayu Tejawati. 

Sejak kecil, BRM Sujono (nama kecil Sri Sultan Hamengku Buwono I) dikenal sangat cakap dalam olah keprajuritan. Ia mahir berkuda dan bermain senjata. 

Selain itu, ia juga dikenal sangat taat beribadah, sembari tetap menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Budaya Jawa.

Kisah tentang Pangeran Mangkubumi yang taat beribadah tertuang dalam Serat Cebolek. 

Di situ, tertulis tentang kebiasaan beliau yang rutin puasa Senin dan Kamis, salat lima waktu, dan mengaji Al Quran. 

Dalam Serat Cebolek pula dikisahkan bahwa beliau gemar mengembara dan mengadakan pendekatan dengan masyarakat, serta memberikan pertolongan kepada yang lemah.

Diangkat menjadi Pangeran Mangkubumi

Kemampuan yang dimiliki BRM Sujono, membuatnya diangkat menjadi Pangeran Lurah. Sebagai informasi, Pangeran Lurah adalah pangeran yang dituakan di antara para putera Raja Yogyakarta. 

Pengangkatan itu terjadi setelah pamannya yang bernama Mangkubumi meninggal dunia pada 27 November 1730.

Setelah beranjak dewasa, BRM Sujono menyandang nama yang sama dengan mendiang pamannya, yakni Pangeran Mangkubumi.

Perjuangan Melawan VOC

Era tahun 1740-an, merupakan masa-masa berat bagi bumi Mataram (Kerajaan Mataram).

Saat itu, pemberontakan ada di mana-mana, merajalela, dimulai dengan Geger Pacinan yang dipimpin oleh Sunan Kuning dibantu Pangeran Sambernyawa.

Muncul pula gerakan-gerakan sporadis yang dipimpin oleh Pangeran Sambernyawa sendiri pada hari-hari selanjutnya. 

Akibatnya, keraton harus berpindah dari Kartasura ke Surakarta pada 17 Februari 1745.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved