Pemda DIY Tata Rantai Pasok MBG, Dorong Koperasi Desa Merah Putih Jadi Pemasok
Pemda DIY mendorong Koperasi Desa Merah Putih menjadi pemasok bahan pangan untuk SPPG
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Setiap porsi makanan sehat untuk anak-anak di DIY menyimpan cerita panjang tentang bagaimana bahan pangan dipilih, disiapkan, dan diawasi.
Di tahap ini, Pemda DIY ingin memastikan proses itu ditopang oleh produsen lokal melalui peran Koperasi Desa Merah Putih.
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta memperkuat koordinasi pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan mendorong Koperasi Desa Merah Putih terlibat dalam penyediaan bahan pangan serta memastikan standar keamanan produksi pada setiap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah memperluas penyerapan komoditas lokal, sekaligus memastikan layanan gizi bagi siswa berjalan aman.
Sekretaris Daerah DIY Ni Made Dwipanti Indrayanti mengatakan, selain melakukan monitoring terkait keamanan pangan, kebersihan, dan sertifikasi di setiap SPPG guna mencegah potensi Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan, Pemda menargetkan kolaborasi yang lebih erat antara SPPG dan Koperasi Desa Merah Putih.
“Jadi, bagaimana kolaborasi antara koperasi Desa Merah Putih nanti dengan pemenuhan bahan baku untuk pangan itu sendiri. Nah, minggu ini nanti hari Jumat, sudah kita jadwalkan akan ketemu lagi (SPPG) untuk mendiskusikan,” ujarnya.
Baca juga: Pemkot Yogya dan BULOG Gelar Pasar Murah di 14 Kemantren, Stabilkan Harga Pangan Jelang Nataru
Ni Made menyampaikan bahwa kerja sama formal antara Koperasi Desa Merah Putih dan SPPG sejauh ini belum terbentuk.
Namun, inisiasi menuju kemitraan sudah mulai dilakukan agar rantai pasok MBG tidak bergerak sendiri-sendiri.
“Tapi sudah ada inisiasi, supaya kita berbicara program itu tidak berjalan sendiri-sendiri, sedangkan fungsi dari Koperasi Desa Merah Putih ini kan juga salah satunya adalah menyediakan bahan pangan pokok, bahan pangan,” katanya.
Untuk menata distribusi tersebut, Pemda DIY telah membentuk tiga kelompok kerja (Pokja), yakni Pokja Perencanaan, Pokja Pelaksanaan, dan Pokja Pengawasan.
Pada tahap perencanaan, pemerintah mengumpulkan data kebutuhan riil dari sekitar 200-an SPPG yang direncanakan beroperasi di DIY.
Data ini menjadi dasar untuk menentukan volume dan sumber komoditas pangan.
“Contohnya beras. Itu kan pasti ada data koordinator wilayah SPPG ini. Beras diambil dari mana, misalnya Bantul atau dari Sleman, itu diambil dari mana? Volumenya berapa? Kapasitasnya berapa? Setelah itu telur dari mana?” ujar Ni Made, menjelaskan proses pemetaan bahan baku.
Menurutnya, DIY juga memiliki potensi produksi lain seperti susu kambing.
Namun, produk lokal tersebut masih banyak tersedia dalam bentuk bubuk. Padahal, untuk kebutuhan siswa, susu siap minum akan lebih sesuai.
| Terungkap! Bakteri Ecoli jadi Penyebab Keracunan 237 Siswa di Bantul |
|
|---|
| Hudono dan Wisnu Berkompetisi di Konferensi Provinsi PWI DIY |
|
|---|
| KDMP Sidomulyo Tumbuh Pesat, Siap Libatkan Anak Muda Buat Terus Majukan Koperasi |
|
|---|
| Pengaturan Bentor hingga MaxRide Diperketat, Pemda DIY Soroti Ketidaksesuaian Izin Kendaraan |
|
|---|
| Kasus Keracunan MBG, Dua SPPG Sleman Stop Operasi Sementara |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/MBG-di-SD-Negeri-Pujokusuman-I-Jogja.jpg)