Fenomena Bunuh Diri di Kalangan Remaja, Psikolog UGM Sebut Gen Alpha Rentan Depresi
Generasi Alpha memiliki karakteristik unik yang membuat mereka lebih rentan terhadap tekanan psikologis dibandingkan generasi sebelumnya.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kasus bunuh diri yang melibatkan anak-anak dan remaja akhir-akhir ini menjadi perhatian serius berbagai kalangan.
Terbaru seorang pemuda berinisial AY (25) warga Sendangsari, Pajangan, Kabupaten Bantul ditemukan meninggal dunia dengan kondisi gantung diri di rumahnya, pada Senin (10/11/2025).
Sementara secara nasional, dalam sebulan terakhir, empat insiden dugaan bunuh diri anak terjadi di Sumatera Barat dan Jawa Barat.
Peristiwa tersebut menimbulkan keprihatinan mendalam sekaligus menjadi sinyal darurat bagi masyarakat untuk lebih memperhatikan kondisi kesehatan mental generasi muda, terutama generasi Alpha, yakni anak-anak yang lahir pada rentang tahun 2010 hingga 2024.
Menanggapi fenomena tersebut, Manajer Center for Public Mental Health (CPMH) Universitas Gadjah Mada, Nurul Kusuma Hidayati, M Psi Psikolog, menyebut meningkatnya kasus bunuh diri harus dipandang sebagai alarm darurat yang menunjukkan perlunya langkah cepat dan kolaboratif untuk melindungi kesehatan mental anak.
"Ini sudah semacam wake-up call yang harus membuat semua pihak waspada. Sudah saatnya setiap elemen bangsa melihat kesehatan mental anak sebagai hal yang penting untuk diperhatikan. Anak tidak hanya perlu sejahtera secara prestasi, tetapi juga secara mental,” ujarnya pada Rabu (12/11/2025).
Menurut Nurul, generasi Alpha memiliki karakteristik unik yang membuat mereka lebih rentan terhadap tekanan psikologis dibandingkan generasi sebelumnya.
Mereka tumbuh dalam paparan teknologi digital sejak lahir, hidup di tengah banjir informasi, serta berinteraksi intensif di dunia maya.
Kondisi ini membuat mereka akrab dengan dunia digital, tetapi di sisi lain rentan terhadap kelelahan emosional (emotional burnout).
“Mereka berisiko lebih dini mengalami kelelahan emosional, sementara kemampuan pengelolaan pikirannya belum matang. Kombinasi ini berpotensi membuat anak terjebak dalam tekanan mental yang berat hingga berujung pada tindakan ekstrem,” jelasnya.
Baca juga: Siswa SMA di Jogja Terindikasi Alami Kecemasan dan Depresi Tingkat Sedang hingga Tinggi
Lebih lanjut, Nurul mengungkapkan bahwa ada sejumlah tantangan besar dalam mencegah depresi pada generasi Alpha.
Salah satunya adalah rendahnya literasi kesehatan mental masyarakat.
Masih banyak orangtua dan guru yang belum memahami tanda-tanda awal gangguan psikologis pada anak.
Akibatnya, deteksi dini tidak terjadi dan masalah psikologis dibiarkan berkembang hingga mencapai titik krisis.
Selain itu, komunikasi antar generasi yang berjarak juga menjadi tantangan tersendiri.
| Fenomena Bunuh Diri Anak, Alarm Darurat bagi Kesehatan Mental Generasi Alpha |
|
|---|
| Seorang Pemuda di Bantul Ditemukan Tewas Gantung Diri, Begini Keterangan Polisi |
|
|---|
| Guru Besar UGM Sebut Ada Eskalasi Emosi pada Pelaku Pembunuhan di Gamping, Tidak Ada Kelainan |
|
|---|
| Fakultas Peternakan UGM Dorong Riset Aplikatif untuk Majukan Industri Susu Nasional |
|
|---|
| Psikolog UGM: Pelaku Pembunuhan di Gamping Diduga Alami Konflik Cinta dan Rasa Bersalah |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/ilustrasi-depresi.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.