Sebaran TBC di Kota Yogyakarta Sentuh 900 Kasus, 12 Persen Diantaranya Menimpa Anak-anak

Penyakit TBC yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis juga menyerang ratusan anak-anak di Kota Yogyakarta.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
Dok.Istimewa
ILUSTRASI - TBC 

"Jadi, begitu ditemukan, ada kasus positif TBC ditemukan, kami melakukan tracing di situ. Mencari di sekitarnya, di sekolah, atau kantornya," cetusnya.

Diagnosis TBC pada orang dewasa dilakukannya melalui pemeriksaan dahak menggunakan Tes Cepat Molekuler (TCM) atau didukung dengan rontgen.

Baca juga: Cegah Tumpang Tindih Perencanaan Kawasan, Pemkot Yogyakarta Realisasikan Sitijo

Meski pelacakan digencarkan, Dinkes mengakui, tantangan terbesar di lapangan adalah penolakan dari pasien yang terkonfirmasi positif TBC.

"Selalu ada pasien yang ngeyel atau menolak berobat karena merasa dirinya sehat. Selalu ada yang ngeyel. Namanya masyarakat ya," keluhnya.

"Terutama kalau yang TBC ini yang merasa sehat, denial. Istilahnya, 'aku enggak sakit kok'. Padahal jelas TCM-nya itu positif," tambah Endang.

Padahal, jika pasien tersebut tidak diobati, mereka memiliki risiko sangat tinggi untuk terus menularkan TBC ke orang-orang di sekitarnya, termasuk anak-anak.

Kekhawatiran itulah yang melatarbelakangi Pemkot Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan, untuk konsisten menggencarkan pencarian kasus aktif.

"Karena kita mencari untuk mengobati, biar tidak menular, dan tentu saja demi kesehatan dia. Kalau enggak diblok, ya terus menular," terangnya.

Satu Kampung Satu Bidan

Diberitakan sebelumnya, dalam rangka mencegah sebaran TBC, Pemkot Yogyakata telah meluncurkan program Satu Kampung Satu Bidan, pada Oktober lalu.

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, kala itu menyebut,  program ini mewujudkan konsep 'Puskesmas dan Rumah Sakit Tanpa Dinding'.

Sebanyak 45 bidan atau tenaga kesehatan (nakes) baru pun sudah direkrut pemerintah, untuk ditempatkan, serta bertanggung jawab penuh di setiap kelurahan. 

Secara garis besar, terdapat lima fokus intervensi utama, yaitu penyakit menular (TBC dan HIV), penyakit tidak menular (Diabetes, Hipertensi), pencegahan stunting, kesehatan lansia dan kesehatan jiwa.

"Semua by name by address (data TBC, HIV, risiko stunting, lansia diabetes dan hipertensi, serta kesehatan jiwa), harus sudah ada dalam genggaman, melalui aplikasi Jogja Sehat di Jogja Smart Service (JSS)," ucapnya. (*)
 

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved