Sebaran TBC di Kota Yogyakarta Sentuh 900 Kasus, 12 Persen Diantaranya Menimpa Anak-anak
Penyakit TBC yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis juga menyerang ratusan anak-anak di Kota Yogyakarta.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
Ringkasan Berita:
- Sebaran kasus TBC di Kota Yogyakarta hingga Oktober 2025 mencapai kisaran 900 kasus
- Ratusan kasus TBC di Kota Yogyakarta dialami anak-anak
- Kasus TBC yang menyerang anak-anak di Yogyakarta, dengan rentang usia yang paling banyak terpapar adalah balita (bawah lima tahun).
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sebaran Tuberkulosis (TBC) di Kota Yogyakarta hingga tahun 2025 masih cenderung tinggi, menyentuh kisaran 900 kasus.
Mirisnya, penyakit menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis tersebut, juga menyerang ratusan anak-anak di Kota Pelajar.
Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu, menyebut, angka itu merupakan data yang terus berjalan.
Tingginya angka sebaran pun cukup mengkhawatirkan, mengingat Indonesia dewasa ini menempati peringkat kedua sedunia untuk kasus TBC.
"Jumlah kasus TBC di Kota Yogyakarta sekitar 900-an kasus (sampai Oktober 2025). Anak-anak ada 12 sampai 13 persen di antaranya," ujarnya, saat dikonfirmasi belum lama ini.
Endang menyoroti secara khusus tingginya kasus TBC yang menyerang anak-anak, dengan rentang usia yang paling banyak terpapar adalah balita (bawah lima tahun).
Ia menegaskan, berbeda dengan orang dewasa, anak-anak yang terinfeksi TBC pada dasarnya tidak dapat menularkan penyakit tersebut.
"Spesifik anak-anak itu ya. Ketika anak-anak itu ada kuman TBC-nya, dia enggak menularkan, tapi dia tertular dari orang dewasa," jelasnya.
Sumber penularannya bisa dari siapa saja yang memiliki interaksi erat dengan anak, seperti orang tua, tetangga, atau tenaga pengasuhnya sehari-hari.
Endang bahkan menceritakan sebuah kasus di mana sumber penularan sulit dilacak, yang ternyata berasal dari kontak yang cenderung tidak terduga.
"Pernah satu kasus yang dicari enggak ketemu itu, ternyata (sumbernya) dari tukang sayur yang setiap hari ibunya belanja di situ, anaknya ikut," cetusnya.
"Intinya, kalau anak-anak dari orang dewasa. Maka, kalau kita menemukan anak (kasus TBC), kita mencari orang dewasanya siapa," urai Endang.
Tekan Penularan
Untuk menekan penularan, Dinkes Kota Yogyakarta kini fokus pada strategi Active Case Finding (penemuan kasus aktif) yang didanai menggunakan APBD.
Metode pelacakan berbasis kasus yang mirip dengan skema pelacakan atau tracing Covid-19 itu dinilai lebih efektif dan efisien dibandingkan skrining massal ke seluruh wilayah.
"Jadi, begitu ditemukan, ada kasus positif TBC ditemukan, kami melakukan tracing di situ. Mencari di sekitarnya, di sekolah, atau kantornya," cetusnya.
Diagnosis TBC pada orang dewasa dilakukannya melalui pemeriksaan dahak menggunakan Tes Cepat Molekuler (TCM) atau didukung dengan rontgen.
Baca juga: Cegah Tumpang Tindih Perencanaan Kawasan, Pemkot Yogyakarta Realisasikan Sitijo
Meski pelacakan digencarkan, Dinkes mengakui, tantangan terbesar di lapangan adalah penolakan dari pasien yang terkonfirmasi positif TBC.
"Selalu ada pasien yang ngeyel atau menolak berobat karena merasa dirinya sehat. Selalu ada yang ngeyel. Namanya masyarakat ya," keluhnya.
"Terutama kalau yang TBC ini yang merasa sehat, denial. Istilahnya, 'aku enggak sakit kok'. Padahal jelas TCM-nya itu positif," tambah Endang.
Padahal, jika pasien tersebut tidak diobati, mereka memiliki risiko sangat tinggi untuk terus menularkan TBC ke orang-orang di sekitarnya, termasuk anak-anak.
Kekhawatiran itulah yang melatarbelakangi Pemkot Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan, untuk konsisten menggencarkan pencarian kasus aktif.
"Karena kita mencari untuk mengobati, biar tidak menular, dan tentu saja demi kesehatan dia. Kalau enggak diblok, ya terus menular," terangnya.
Satu Kampung Satu Bidan
Diberitakan sebelumnya, dalam rangka mencegah sebaran TBC, Pemkot Yogyakata telah meluncurkan program Satu Kampung Satu Bidan, pada Oktober lalu.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, kala itu menyebut, program ini mewujudkan konsep 'Puskesmas dan Rumah Sakit Tanpa Dinding'.
Sebanyak 45 bidan atau tenaga kesehatan (nakes) baru pun sudah direkrut pemerintah, untuk ditempatkan, serta bertanggung jawab penuh di setiap kelurahan.
Secara garis besar, terdapat lima fokus intervensi utama, yaitu penyakit menular (TBC dan HIV), penyakit tidak menular (Diabetes, Hipertensi), pencegahan stunting, kesehatan lansia dan kesehatan jiwa.
"Semua by name by address (data TBC, HIV, risiko stunting, lansia diabetes dan hipertensi, serta kesehatan jiwa), harus sudah ada dalam genggaman, melalui aplikasi Jogja Sehat di Jogja Smart Service (JSS)," ucapnya. (*)
| BMKG: Prakiraan Cuaca Jogja Hari Ini Senin 10 November 2025 |
|
|---|
| Jadwal dan Lokasi Pemadaman Listrik DIY Hari ini Senin 10 November 2025 |
|
|---|
| Pengelola YIA Kulon Progo Respons Wacana Penerbangan Langsung Yogyakarta-Turki |
|
|---|
| Rentetan Laka KA, Pakar UGM Tekankan Keselamatan Indikator Utama Kebijakan Transportasi Nasional |
|
|---|
| Wali Kota Yogya Soroti Pengelolaan Limbah di Pasar Sore Malioboro |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/Apa-Itu-TBC-Berikut-Penjelasan-Gejala-dan-Penyebabnya.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.