Tumpukan Sampah di Depo Mandala Krida Timbulkan Bau, Omzet Pedagang Anjlok 50 Persen

Aroma tidak sedap yang menyengat, terutama saat hujan, diduga kuat menjadi penyebab pelanggan enggan mampir

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
SAMPAH MELUBER: Petugas Depo Mandala Krida, Kota Yogyakarta, berjibaku menutup luberan sampah yang sudah melampaui pagar dengan terpal, Selasa (11/11/25). 

Ringkasan Berita:
  • Sampah di depo Mandala Krida Yogyakarta yang semula sudah terkondisikan, belakangan kembali membludak hingga keluar pagar depo.
  • Sampah yang menumpuk tersebut menimbulkan bau tak sedap yang merugikan warga sekitar dan para pedagang di kawasan tersebut.
  • Para pedagang kaki lima mengeluhkan tumpukan sampah yang baunya menyengat, diduga menjadi penyebab pelanggan enggan mampir.
  • Omzet pedagang pun anjlok drastis dalam sebulan terakhir

 

TRIBUNJOGJA.COM - Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Stadion Mandala Krida, Kota Yogyakarta, mengeluhkan tumpukan sampah yang memadati depo di sebelah barat stadion. 

Aroma tidak sedap yang menyengat, terutama saat hujan, diduga kuat menjadi penyebab pelanggan enggan mampir dan mengakibatkan omzet pedagang anjlok drastis dalam sebulan terakhir.

Berdasarkan pantauan Tribun Jogja di lapangan, Selasa (11/11/25), kondisi depo Mandala Krida memang tampak kembali membludak, setelah beberapa waktu lalu sempat terkondisi.

Bahkan, tumpukan limbah sampai meluber keluar pagar depo, dan harus ditutup dengan terpal berwarna biru tua, untuk menghindari guyuran air hujan yang belakangan semakin intens.

Pendapatan pedagang turun

​Salah satu pedagang angkringan yang berhadapan langsung dengan Depo Mandala Krida, Wahono, menyebut, pendapatannya menurun drastis sejak depo sampah tersebut mulai penuh. 

Pria paruh baya yang sudah berjualan puluhan tahun di lokasi itu, mengaku kehilangan omzet harian hampir separuhnya, dibanding masa-masa saat kondisi depo masih normal.

​"Biasanya dulu (omzet) sekitar 400-an (ribu rupiah), sekarang paling 200, 300. Ya, gara-gara deponya begitu (penuh)," keluhnya, Selasa (11/11/25).

Wahono menjelaskan, penurunan omzet terjadi sekitar satu bulan terakhir, tepat ketika sampah di Depo Mandala Krida semakin menggunung dan tidak kunjung terangkut.

Pelanggan tak nyaman

Menurutnya, banyak pelanggan merasa tidak nyaman dengan bau busuk yang ditimbulkan, terutama beberapa saat setelah hujan turun, yang membuat kondisi sampah menjadi basah.

"Ya, kalau hujan tambah bau, tercium sampai sini. Apalagi, kalau ada angin. Makanya, banyak (pembeli) yang enggak mau mampir," ujarnya.

Selaras informasi dari petugas depo, tumpukan sampah diakibatkan oleh antrean armada pengangkut limbah menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, yang berlokasi di Kabupaten Bantul.

Paling lambat, tumpukan sampah di deretan tempat pembuangan sementara di Kota Yogyakarta baru bisa diangkut secara bertahap per Rabu (12/11/25).

"Harapannya begitu, iya, sampahnya supaya segera diangkut. Keluhan (para pedagang) sama semua, seperti itu," tandas Wahono.

Selain di Depo Mandala Krida, fenomema tumpukan  sampah diketahui juga terjadi di Depo Argolubang dalam kurun waktu dua pekan terakhir.

Hal itu disampaikan salah seorang penggerobak atau transporter, Yudi, yang menyebut adanya faktor kesenjangan antara tingkat pembuangan dengan volume pengolahan limbah.

"Jadinya sampah menumpuk di depo. Harapannya tumpukan sampahnya cepat diangkut, supaya segera bersih kembali," pungkasnya. (aka)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved