Keracunan MBG

Hasil Uji Lab Menu MBG Mlati Sleman: Makanan Mengandung Bakteri E-coli, Bikin Siswa Keracunan

beberapa sampel pangan yang diuji di laboratorium ada sejumlah makanan yang mengandung bakteri E-coli.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Yoseph Hary W
Tribunjogja/Christi Mahatma Wardhani
KERACUNAN MASSAL : Foto dok. Siswa yang bergejala keracunan MBG ditangani di Puskesmas Mlati 1, Jumat (24/10/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman menyebut bakteri Escherichia coli atau E-coli ditemukan pada menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menyebabkan sejumlah siswa di tiga sekolah di Mlati, Kabupaten Sleman mengalami keracunan beberapa waktu lalu. 

Temuan tersebut berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap sampel menu pangan tersebut.

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Dinkes Sleman, Khamidah Yuliati mengungkapkan, berdasarkan informasi yang diterima, dari beberapa sampel pangan yang diuji di laboratorium ada sejumlah makanan yang mengandung bakteri E-coli.

Ia menyebut, sampel pertama yang diambil, 3 dari 5 menu pangan yang diuji positif mengandung E-coli. Serangkan pengujian pada sampel kedua pun serupa, 2 dari 5 panganan mengandung E-coli. 

"Itu yang bisa kami sampaikan. Karena itu berdasarkan surat hasil lab yang dikirimkan kepada kami," kata Yuli, Rabu (29/10/2025). 

Sebagimana diketahui, terdapat tiga sekolah di Mlati yang puluhan muridnya terpaksa harus dilarikan ke Puskesmas hingga Rumah Sakit diduga akibat mengonsumsi menu MBG. Gejala keracunan terjadi pada Jumat (24/10/2025) lalu. 

1 Dirawat Inap

Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Cahya Purnama mengatakan, terdapat 14 sekolah di Mlati yang mendapatkan distribusi menu MBG dari sebuah dapur SPPG di wilayah Sinduadi. Namun berdasarkan data yang diterima, hanya siswa di tiga sekolah yang mengalami gejala keracunan yaitu SMP Negeri 2 Mlati, MAN 3 Mlati dan SD Jombor Lor. Total terdampak mencapai ratusan orang. 

"Jadi total yang rawat jalan 59 orang. Kemudian total berobat mandiri ada 120 orang. Kemudian yang melakukan rawat jalan di RS Sakinah Idaman ada 18 orang dan ada 1 orang yang rawat inap di RSA UGM. Ini data masuk sampai 27 Oktober,"kata Cahya. 

Gejala keracunan yang menyebabkan para siswa pusing hingga diare ini diduga akibat mengonsumsi menu MBG. Karenanya, untuk membuktikan itu, petugas dari Puskesmas Mlati 1 disebut telah mengambil sampel makanan yang didistribusikan ke sekolah. Sampel makanan diambil untuk diuji laboratorium, antara lain Tahu Balado, Opor Ayam, Nasi Acar Wortel dan Anggur.

Semua Dapur Belum Kantongi SHLS 

Cahya menduga, keracunan bisa terjadi di dapur SPPG karena satu dapur memproduksi makanan dalam jumlah yang besar, mencapai ribuan porsi per hari. Karena itu, penting untuk dilakukan penataan agar porsi setiap dapur dibatasi dan tidak terlalu banyak. Menurut dia, penataan itu kini mulai dilakukan termasuk para penjamah makanan tiap dapur kini mulai dibekali penyuluh kesehatan pangan (PKP) dengan harapan meminimalisir potensi keracunan. 

Adapun terkait sertifikat SHLS yang menjadi bagian dari persyaratan dapur MBG, menurut Cahya, seluruh dapur di Kabupaten Sleman belum ada yang mengantonginya. Sebab setiap dapur saat ini sedang berproses untuk mendapatkan sertifikat SHLS. 

"SHLS sampai sekarang baru berproses. Yang berproses banyak tapi yang keluar belum," ujar Mantan Direktur RSUD Sleman ini.(*) 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved