Keracunan MBG

Dugaan Penyebab Keracunan MBG di Gunungkidul, Bupati Sebut Ada Indikasi Bakteri E-Coli di Air

Dari hasil pengecekan, memang diindikasikan dari air di SPPG itu ternyata masih mengandung bakteri E.coli yang memicu para siswa diare

Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Yoseph Hary W
Tribun Jogja/Nanda Sagita Ginting
BUPATI MARAH: Bupati Gunungkidul saat sidak Dapur SPPG Planjan Saptosari, pada Rabu (29/10/2025). Bupati sebut ada indikasi kandungan Bakteri E-Coli di air yang digunakan SPPG di Saptosari tersebut. 

Laporan Reporter Tribun Jogja Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menemukan indikasi adanya bakteri Escherichia coli (E. coli) dalam air yang digunakan untuk memasak di dapur penyedia makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SPPG Planjan, Kapanewon Saptosari.

Dugaan ini muncul setelah dilakukan pemeriksaan lapangan pascakejadian keracunan MBG massal yang menimpa ratusan siswa di Gunungkidul.

"Dari hasil pengecekan kami, memang diindikasikan dari air itu ternyata masih mengandung Bakteri E-Coli, dan beberapa waktu lalu sudah dites. Karena, bakteri ini yang membuat anak-anak itu diare," ujar Bupati Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih usai sidak di Dapur SPPG Planjan, pada Rabu (29/10/2025).

Endah menambahkan, selain air, pihaknya juga akan melakukan uji laboratorium terhadap sampel makanan dan air galon yang digunakan di dapur tersebut. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan sumber pasti penyebab gangguan kesehatan yang dialami para siswa.

“Nanti juga akan dites hasil sampel makanan dan air galonnya, termasuk diperiksa waktu memasak—apakah memperhitungkan jarak antara proses memasak dengan pendistribusian makanan, sudah tepat atau belum,” ujarnya.

Ia menegaskan, kasus ini menjadi bahan evaluasi menyeluruh terhadap seluruh dapur penyedia makanan MBG di Gunungkidul agar kejadian serupa tidak terulang. Pemerintah daerah juga meminta agar pengelola dapur lebih ketat dalam menjaga higienitas air dan bahan makanan yang digunakan.

Sebelumnya, ratusan siswa  dilaporkan mengalami gejala mual, muntah, dan diare usai mengonsumsi makanan dari program MBG. 

Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Ismono mengatakan ratusan murid mengalami gejala keracunan usai menyantap menu makan MBG yang disajikan oleh SPPG Planjan Saptosari, pada Selasa (28/10/2025) kemarin.

"Jadi, para siswa itu makannya itu kemarin. Kemudian, hari ini merasakan gejala keracunan mulai dari mual, pusing, hingga diare. Rata-rata itu diare," tuturnya.

Ia merinci dari total 695 siswa tersebut awalnya dilaporkan yang mengalami gejala keracunan sebanyak 476 siswa, kemudian menyusul sebanyak 186 siswa, dan terakhir ada 33 siswa. Di mana, sebanyak 18 siswa dilarikan ke RS Saptosari dan 34 siswa dilarikan ke Puskemas Saptosari. Sedangkan, sisanya sudah tertangani di rumah. 

"Dan, terakhir ada satu siswa harus observasi di RS Saptosari. Tetapi ini masih berkembangnya dan masih dalam pemantauan petugas kami, tim gerak cepat untuk pendataan. Dan, kami imbau seandainya ada siswa yang mengalami gejala keracunan agar segera ke faskes terdekat," ucapnya. 

Untuk mengetahui penyebab dugaan keracunan, pihaknya pun sudah mengambil sample makanan MBG yang disajikan ke para siswa tersebut. Di antaranya, nasi, sayur, lauk, hingga air yang digunakan untuk memasak makanan.

"Semua samplenya sudah kami ambil untuk di uji di laboratorium," ucapnya (ndg)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved