Inovasi Bertemu Tradisi, Festival Perak Kotagede Ajak Pengunjung Bikin Perhiasan Sendiri
Festival Perak Kotagede bakal menghadirkan perpaduan warisan kerajinan perak yang berusia ratusan tahun dengan sentuhan teknologi modern.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kemantren Kotagede, Kota Yogyakarta, bersiap menegaskan statusnya sebagai 'Jewellery of Yogyakarta'.
Salah satunya, melalui gelaran Festival Perak Kotagede (FPK) #2 yang mengusung tema 'Jejak Perak, Inspirasi Futuristik: Dari Tradisi ke Inovasi'.
Agenda tersebut bakal menghadirkan perpaduan warisan kerajinan perak yang berusia ratusan tahun dengan sentuhan teknologi modern.
Festival diselenggarakan pada Kamis, 23 Oktober 2025, pukul 09.00 - 16.00 WIB, di Universitas Cendekia Mitra Indonesia (eks Tom's Silver), Kotagede, Kota Yogyakarta.
Mantri Pamong Praja Kotagede, Komaru Ma'arif, menyatakan, festival bertujuan mengingatkan kembali memori kolektif masyarakat tentang Kotagede sebagai penghasil kerajinan perak terbesar di Indonesia.
"Tema ini menggambarkan perjalanan perak Kotagede yang tak lekang oleh waktu, memadukan nilai tradisi sejak era Mataram Islam abad ke-16, dengan kreasi modern yang inovatif agar relevan di pasar global," ujarnya, Selasa (21/10/2025).
Salah satu daya tarik utama festival adalah kesempatan langka bagi para pengunjung untuk merasakan langsung proses menjadi seorang perajin.
Sebuah workshop pembuatan perhiasan (cincin pasangan atau liontin) pun dibuka untuk umum, dengan biaya promosi yang sangat terjangkau.
"Pengunjung bisa belajar teknik dasar dan membawa pulang hasil karya mereka sendiri hanya dengan Rp100 ribu. Ini harga promosi, karena biasanya paket workshop dibanderol Rp300 ribu - Rp 500 ribu," jelas Komaru.
Membuktikan sisi 'Inspirasi Futuristik', FPK #2 sekaligus jadi ajang peluncuran gebrakan digitalalisasi untuk mendukung para perajin perak.
Inovasi tersebut berupa Sistem Informasi berbasis website yang berfungsi sebagai database perajin beserta foto produk unggulan, serta aplikasi Augmented Reality (AR) sederhana untuk kurasi perak.
"Festival ini diharapkan menjadi ajang pertemuan antara perajin, pemerintah, swasta, konsumen, dan investor, sekaligus mempererat hubungan warisan budaya dengan generasi muda," urainya. (*)
| Ironi 'Kota Pelajar', Tingkat Gemar Membaca Masyarakat Kota Yogya di Bawah Rerata DIY |
|
|---|
| Pemkot Yogya Kukuhkan Duta Baca, Perkuat Gerakan Literasi di Masyarakat |
|
|---|
| Pengakuan Pria asal Purworejo seusai Bawa Kabur dan Jual Motor Teman Kencan: Hanya Modus |
|
|---|
| Kisah Sri Ratna Saktimulya Menyusun Manuskrip Kuno Koleksi Museum Sonobudoyo Yogyakarta |
|
|---|
| Modus Ajak Kencan, Pria di Jogja Bawa Kabur Motor Perempuan Warga Prambanan |
|
|---|
