Soal Penerapan Konsep Waste to Energy untuk Pengelolaan Sampah, Ini Kata Bupati Bantul
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, menuturkan penerapan metode waste to energy (WTE) belum bisa dipastikan.
Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul tak henti-hentinya mencoba menyelesaikan persoalan sampah.
Salah satunya melalui metode waste to energy (WTE).
Namun, Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, menuturkan penerapan tersebut belum bisa dipastikan.
"Saya belum bisa berkomentar banyak tetantang itu, karena ini kan menyangkut tiga kabupaten. Ada Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Sleman," kata Halim, Minggu (12/10/2025).
Dikatakannya, WTE atau pengelolaan sampah untuk energi listrik (PSEL) yang nanti dikelola oleh Danantara itu minimal mengelola sampah 1.000 ton per hari.
Artinya, harus ada sampah yang cukup banyak agar dapat diolah menjadi energi listrik.
Dengan begitu, sampah yang ada akan diproses atau dilakukan insinerasi. Panasnya, akan menghasilkan uap.
Kemudian, uap menggerakkan turbin, hingga menghasilkan listrik. Listrik tersebut dibeli oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN).
"Kan gitu. Itu proyek nasional, akan tetapi masing-masing kabupaten/kota terutama tiga tadi, Bantul, Yogya, Sleman, harus bisa setor sampah minimal 1.000 ton per hari untuk menggerakkan mesin itu agar mengasilkkan listrik," papar dia.
Di sisi lain, kata Halim, dikarenakan adanya gerakan pengelolaan sampah di Kabupaten Bantul, sehingga jumlah sampah menurun.
Demikian pula dengan jumlah sampah liar atau sampah tidak dikelola yang disebut-sebut turut mengalami penurunan. Jumlahnya, hanya mencapai 30 ton per hari.
Sementara, Kota Yogyakarta hanya sekitar 150 ton yang masih perlu penanganan sampah dengan mencari tempat penanganan.
Begitu pula dengan Kabupaten Sleman yang disebut juga lebih besar lagi. Maka, untuk menggerakan WTE perlu dilakukan koordinasi dengan lintas wilayah.
"Karena, kalau Bantul sendiri tidak mungkin menyediakan 1.000 ton per hari. Harus tambah (sampah) Kota Yogya dan Kabupaten Sleman. Ya, nanti akan dihitung, Sleman bisa setor sampah berapa, kota berapa, dan Bantul berapa," kata orang nomor satu di Bumi Projotamansari ini.
Namun, khusus di Kabupaten Bantul, ucap Halim sudah ada investasi dan pengelolaan sampah sejak beberapa waktu lalu.
Dengan demikian, ia tidak bisa memastikan bagaimana penerapan WTE ke depan.
"Jangan tanya pastinya dulu, wong ini baru diskusi. Baru kemarin saya ketemu Bupati Sleman, Pak Harda, ketemu Walikota Yogya, Pak Hasto. Kami baru ngobrol ringan, tapi pengerucutannya nanti beberapa hari lagi," tutup dia.(*)
4 Kasus Pencabulan Dilakukan Oleh Guru di Bantul, Bupati Turun Tangan |
![]() |
---|
Bupati Bantul Dorong Ponpes Terapkan PBG, Antisipasi Kejadian Serupa Ponpes Al-Khoziny |
![]() |
---|
Proses Normalisasi, 1500 Ton Sampah Diangkut dari Deretan Depo di Kota Yogyakarta |
![]() |
---|
Aktivasi IKD di Bantul Lampaui Target, Hingga Awal Oktober 2025 Tercatat Capai 22 Persen |
![]() |
---|
Hasil Evaluasi Perpindahan TPR Pansela di Bantul: Tidak Ada Pembongkaran TPR Induk Parangtritis |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.