Kedaulatan Tak Sekadar Teritorial, Pemerintah Dorong Reorientasi di Berbagai Sektor
Kedaulatan di era modern bukan lagi sebatas menjaga batas teritorial, melainkan harus dipahami sebagai konsep dinamis yang menentukan arah bangsa.
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kedaulatan di era modern bukan lagi sebatas menjaga batas teritorial, melainkan harus dipahami sebagai konsep dinamis yang menentukan arah bangsa.
Konsep ini disampaikan dalam Simposium Nasional Hari Penegakan Kedaulatan Negara (HPKN) yang digelar di Hotel The Rich Jogja, Sleman, Rabu (19/2) malam.
Sekretaris Daerah DIY, Beny Suharsono, saat membacakan sambutan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menekankan bahwa rakyat Indonesia bukan sekadar pewaris sejarah, tetapi juga bagian aktif dalam membangun peradaban.
"Kedaulatan harus dimaknai secara lebih luas, salah satunya dalam perspektif kedaulatan politik. Kita harus berani merumuskan kedaulatan progresif yang memperkuat partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan politik serta memastikan negara memiliki kendali penuh atas kebijakan strategisnya," ujar Beny.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa kedaulatan juga mencakup sektor ekonomi.
Kemandirian produksi, penguatan industri dalam negeri, serta ketahanan terhadap ketergantungan eksternal dinilai penting untuk menjaga stabilitas ekonomi dan daya saing global.
Dalam aspek hukum, kedaulatan bukan hanya sebatas penegakan yuridis, tetapi juga sebagai infrastruktur etis yang mengangkat martabat rakyat dan bangsa.
"Kedaulatan budaya bukan sekadar perlawanan terhadap globalisasi, tetapi juga bagaimana kita mampu menawarkan alternatif wacana dalam peradaban dunia. Selain itu, kebijakan kedaulatan nasional dalam skala global harus dibangun dari posisi tawar yang kuat agar kepentingan nasional tidak tergerus oleh dinamika global yang semakin kompleks," imbuhnya.
Baca juga: Mahfud MD Tanggapi Demo Mahasiswa: Harus Dihargai, tapi Jangan Nihilis
Beny menegaskan bahwa seluruh komponen bangsa harus turut memajukan kedaulatan, bukan hanya pemerintah, tetapi juga warga negara dari berbagai sektor, seperti ilmuwan, ekonom, budayawan, dan negarawan.
Mereka diharapkan mampu mengartikulasikan kedaulatan dalam bentuk yang lebih visioner.
Simposium yang mengangkat tema "Reorientasi Kedaulatan Politik, Hukum, Ekonomi, dan Budaya" ini menghadirkan Mahfud MD sebagai pembicara kunci.
Dalam pidatonya, Mahfud menyoroti bahwa Indonesia adalah satu-satunya negara yang merdeka karena berhasil mengusir penjajah, bukan melalui deklarasi pemberian kemerdekaan.
"Kalau negara lain menggunakan istilah deklarasi kemerdekaan, Indonesia menyebutnya proklamasi kemerdekaan. Peristiwa Serangan Umum 1 Maret juga semakin meneguhkan kedaulatan Indonesia," ujar Mahfud.
Mahfud menyoroti perbedaan antara kedaulatan dan kewenangan.
Menurutnya, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi yang tidak terbagi, yang memungkinkan negara memiliki otoritas penuh.
Sekda DIY Resmikan Integrasi Kartu Identitas Siswa dengan Trans Jogja saat Harhubnas 2025 |
![]() |
---|
Sekda DIY Ni Made Dwipanti Tegaskan Isu Sampah Harus Segera Ditangani |
![]() |
---|
Sejarah Baru di Kepatihan, Ni Made Dwipanti Jadi Sekda Perempuan Pertama DIY |
![]() |
---|
Nadiem Makarim Ditetapkan Tersangka, Ini Perannya dalam Kasus Dugaan Korupsi Laptop Chromebook |
![]() |
---|
Soal Bom Molotov dan Perusakan Pospolantas, Mahfud MD Ingatkan Jogja Penentu Suhu Politik Nasional |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.