Begini Kata Pengamat Energi UGM Soal Kenaikan ICP April Jadi USD87,61 Per Barel
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menetapkan rata-rata Harga Minyak Mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP)
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menetapkan rata-rata Harga Minyak Mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) bulan April sebesar USD87,61 per barel.
Meningkat USD3,83 dari ICP Maret yaitu USD83,78 per barel.
Peningkatan ini dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak mentah utama di pasar internasional, disusul ketegangan di Timur Tengah.
Baca juga: 66 Quotes Kenaikan Yesus Kristus, Setiap Penderitaan di Dunia Tak Akan Sia-sia Dalam Rencana-Nya
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Fahmy Radhi, M.B.A mengatakan kenaikan ICP sangat tepat untuk mengantisipasi pergerakan harga minyak dunia yang sangat fluktuatif.
Dengan ketegangan antara Iran dan Israel, harga minyak dunia akan berkisar USD80 hingga 90 per barel.
“Pemerintah sudah mengatakan sampai Juni tidak ada kenaikan harga BBM. Menurut saya sebaiknya indikator untuk menaikkan BBM bukan masalah waktu, karena nggak ada yang tahu kapan perang akan meluas. Indikator yang digunakan harus terukur, terutama harga minyak dunia, kurs rupiah terhadap dolar, inflasi,” katanya, Selasa (07/05/2024).
Jika harga minyak dunia masih dikisaran USD90 per barel, maka pemerintah sebaiknya menahan kenaikan harga BBM. Meskipun akan membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Namun jika harga minyak dunia sudah di atas USD100 per barel, pemerintah harus menaikkan harga BBM subsidi.
“Perang bisa menyebabkan harga minyak dunia di atas USD100 per barel. Karena lokasi perang di daerah penghasil minyak, Timur Tengah. Yang kedua, lokasi perang di dekat Selat Hormuz, yang jadi lalu lintas pengangkutan minyak dunia. Kalau sudah di atas USD100 per barel, sebaiknya pemerintah menaikkan harga BBM. APBN akan berat kalau BBM subsidi nggak dinaikkan,” terangnya.
“Kita tidak tahu perang meluas atau meletus apa enggak. Kalau masih ketegangan seperti saat ini paling sekitar USD 90an, paling tinggi USD95 per barel. Kalau masih USD 90, pemerintah bisa menahan kenaikan BBM, meskipun APBN berat, kan pernah sampai USD 90 per barel,” lanjutnya.
Fahmy menambahkan kenaikan BBM, terutama yang bersubsidi akan mengerek inflasi, meningkatnya harga kebutuhan pokok, daya beli masyarakat menurun, dan akhirnya menyebabkan jumlah kemiskinan semakin besar.
“Maka sebelum menaikkan BBM subsidi, pemerintah harus memberikan bantalan sosial, apakah itu bantuan langsung tunai (BLT) atau yang lain. Yang meringankan beban orang miskin akibat kenaikan BBM tadi. Harus diawali bantalan sosial, jadi sebelum menaikkan BBM, sudah ada bantalan sosial dulu untuk orang miskin,” imbuhnya. (maw)
Profesor UGM: Hilirisasi dan SDM Jadi Kunci Indonesia Kuasai Energi Hijau Global |
![]() |
---|
Lebih Cepat dan Produktif dari Sawit, Mikroalga Berpotensi Jadi Energi Hijau Masa Depan |
![]() |
---|
Dosen UGM Sebut Kenaikan Tunjangan DPR Bukti Kurangnya Sense of Crisis |
![]() |
---|
Dana Bantuan Parpol di Sleman Diusulkan Naik Hingga 140 Persen, Ini Tanggapan Akademisi UGM |
![]() |
---|
Status Mahasiswa Magister UGM Kampus Jakarta Jadi Aktor Intelektual Pembunuhan Kacab Bank |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.