Kasus Antraks di Gunungkidul, Pakar UGM: Hewan Sakit Tidak Boleh Dipotong
Spora yang dihasilkan oleh bakteri antraks ini sulit hilang dan bisa bertahan di tanah hingga puluhan tahun.
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Hari Susmayanti
Sementara untuk hewan yang sehat diharuskan sebaiknya diberi vaksinasi selama dua kali selama setahun.
Sementara Dosen Fakultas Peternakan UGM, Nanung Danar Dono, Ph.D., mengatakan untuk mencegah agar kasus ini muncul sebaiknya peternak tidak memotong hewan yang sakit atau mengkonsumsi hewan yang sudah menjadi bangkai.
“Daging bangkai tidak boleh dikonsumsi karena matinya karena zoonosis bisa menular ke manusia. Tahun lalu di Semanu, ada 11 orang tertular dan satu orang meninggal,” katanya.
Untuk hewan yang sakit sebaiknya diisolasi untuk diobati terlebih dahulu hingga betul-betul dinyatakan sehat.
Namun jika ditemukan ternak hewan yang sudah mati yang ditengarai terkena anthrax sebaiknya langsung dikubur atau dikremasi di lokasi.
“Jika tidak ada alat kremasi, maka dikubur saja ditimbun lalu disemen tidak boleh dibongkar selamanya karena spora sangat awet, anti desinfektan sehingga penting adanya literasi dan edukasi agar kasus seperti ini tidak terulang kembali,” ujarnya.
Di samping itu, ia menyarankan agar hewan yang mati tidak dipindah ke tempat lain sebab jika hewan mati tersebut mengeluarkan darah maka tercecer dan menyebarkan spora di sepanjang jalan.
“Jika dipindah, besar kemungkinan spora tercercer ke mana-mana,” pungkasnya. (HAN)
Temukan Dua Hewan Ternak Mati Diduga Akibat Antraks, Ini Langkah DPKH Gunungkidul |
![]() |
---|
Capaian Vaksinasi Antraks di DI Yogyakarta Masih 70 Persen, Ini Penyebabnya |
![]() |
---|
Gunungkidul Gelar Kegiatan 'Ngguyang Sapi Neng Tlogo' atau Mandikan Sapi ke Telaga, Ini Tujuannya |
![]() |
---|
Gunungkidul Perkuat Pertahanan Ternak Lewat Vaksinasi dan Edukasi Massal Antraks |
![]() |
---|
Kulon Progo Waspadai Sebaran Antraks seusai Temuan di Gunungkidul |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.