Gunungkidul Perkuat Pertahanan Ternak Lewat Vaksinasi dan Edukasi Massal Antraks

Ancaman antraks kembali menghantui wilayah Gunungkidul setelah sejumlah ternak sapi positif terpapar antraks

Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA/Istimewa
SOSIALISASI : Petugas Dinas Peternakan Kabupaten Gunungkidul tengah memberikan sosialisasi soal penyakit antraks kepada pamong desa 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL – Ancaman antraks kembali menghantui wilayah Gunungkidul.

Merespons cepat potensi penyebaran penyakit mematikan yang bisa menular dari hewan ke manusia ini, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul menggelar berbagai langkah mitigasi—mulai dari vaksinasi, pemberian antibiotik, hingga edukasi publik secara serentak.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Wibawanti Wulandari, mengungkapkan bahwa setelah menerima laporan mengenai adanya dugaan kasus antraks, pihaknya segera melakukan pengambilan sampel di lapangan.

Hasil uji laboratorium pun menunjukkan adanya konfirmasi positif.

Sebagai tindak lanjut, dilakukan penyemprotan formalin di kandang dan lokasi yang diduga menjadi tempat penyembelihan hewan yang terinfeksi.

Tak hanya itu, ternak di wilayah terdampak langsung mendapat penanganan berupa pemberian antibiotik, mencakup 248 kambing dan 130 sapi yang tersebar di Kapanewon Girisubo dan Rongkop.

“Langkah cepat ini penting untuk mencegah penyebaran lebih luas. Kami juga terus mengimbau masyarakat untuk segera melapor jika menemukan hewan ternak mati,” ujar Wibawanti, Rabu (16/4/2025).

Baca juga: 47 Angkot Antar Ratusan Siswa SD UMP Nobar "Jumbo", Sutradara Tersentuh

Selain penanganan di lapangan, pendekatan edukatif juga diperkuat. Melalui program Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), dinas menjangkau kalurahan-kalurahan yang berada di zona rawan, termasuk yang memiliki riwayat paparan antraks di masa lalu.

Kegiatan ini menyasar pamong desa sebagai ujung tombak penyebaran informasi ke masyarakat.

drh. Retno Widyastuti, Kepala Bidang Kesehatan Hewan, menjelaskan bahwa pada 14 April 2025, kegiatan sosialisasi dilakukan serentak di enam kapanewon.

Sebanyak 21 petugas medik dan paramedik veteriner dari berbagai unit kerja diturunkan untuk mendampingi kegiatan ini.

“Kami tidak hanya memberikan informasi, tapi juga memperkuat pemahaman masyarakat tentang pentingnya tidak menyembelih atau menjual hewan yang sakit. Ini bukan hanya soal peraturan, tapi soal menjaga kesehatan komunitas,” jelas drh. Retno.

Dinas juga menegaskan larangan memperjualbelikan ternak yang mati mendadak atau menunjukkan gejala sakit.

Selain melanggar peraturan daerah, tindakan ini berisiko tinggi menularkan antraks ke hewan lain dan bahkan ke manusia.

Sebagai bentuk dukungan kepada peternak, pemerintah daerah menyiapkan skema tali asih untuk pemilik ternak yang mati akibat antraks, dengan syarat laporan dilakukan secara tepat waktu dan sesuai prosedur.

Lewat sinergi antara edukasi, vaksinasi, dan respons cepat di lapangan, Gunungkidul berupaya keras menekan laju penyebaran antraks dan memastikan ekosistem peternakan tetap aman. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved