Serangan Hamas ke Israel

9.227 Warga Gaza Tewas, Profesor Brown University: Ancaman Pembersihan Etnis dan Bahaya Genosida

Lebih dari 9.200 warga Gaza tewas sejak perang Israel-Hamas 7 Oktober 2023. Profesor Brown University Amerika sebut ada bahaya genosida di Gaza.

AFP/DAWOOD NEMER
Warga Palestina menyusuri puing-puing Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius yang hancur, gereja tertua yang masih digunakan di Gaza, yang rusak dalam serangan di Kota Gaza pada 20 Oktober 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. Ribuan orang, baik warga Israel maupun Palestina telah tewas sejak 7 Oktober 2023, setelah militan Hamas Palestina yang berbasis di Jalur Gaza, memasuki Israel selatan dalam serangan mendadak yang membuat Israel mengumumkan perang terhadap Hamas di Gaza pada 8 Oktober. 

Sekira 3.800 korban tewas di antaranya adalah anak-anak. Mereka terbunuh oleh serangan udara Israel dan sekarang terancam oleh invasi darat.

Perang telah memisahkan ribuan warga Palestina dari keluarganya, termasuk Mohammed Abu Seef (11) yang kini terpisah dari keluarga. 

Ia satu sama lain, termasuk anak-anak Kepada Al Jazeera, ia bercerita telah dipaksa oleh tentara Israel untuk menyeberang ke Tepi Barat, wilayah Palestina yang diduduki Israel, padahal keluarganya berada di Gaza. 

Kini, Mohammed harus tinggal di sebuah kamp sementara di Kota Nablus, Tepi Barat, Palestina.

Mohammed dengan mata berkaca-kaca, menahan air mata, menyatakan keinginannya untuk pulang ke Gaza

“Saya ingin perang berakhir dan saya ingin kembali ke Gaza,” katanya. “Tolong hentikan perang ini. Kami kehilangan orang-orang yang kami cintai,” pinta Mohammed.

Dua jam setelah Mohammed bercerita pada Al Jazeera, kabar duka datang dari keluarganya. 

Adik laki-laki dan adik perempuan Mohammed telah tewas terbunuh dalam serangan udara Israel. Mereka terbunuh di rumahnya di kamp pengungsi Jabalia di Gaza Utara.

Sebelumnya, dua orang paman Mohammed beserta keluarga pamannya tewas terbunuh akibat serangan Israel. Hanya ada satu orang sepupu Mohammed yang selamat. 

“Salah satu paman saya membangun gedung tempat keluarga saya bersembunyi, namun Israel mengebomnya tanpa peringatan dan membunuh kedua paman saya dan seluruh keluarga mereka,” ungkap Mohammed.

Ia lantas menunjukkan sebuah video kepada wartawan. Terlihat momen memilukan dalam video itu, saat sepupu Mohammed menangis di samping jenazah sang ayah (paman Mohammed). 

“Saya berharap dia mati. Saya berharap dia pergi bersama keluarganya,” kata Mohammed.

Ia mengaku tak memikirkan tentang tumbuh dewasa. “Saya tidak berpikir untuk tumbuh dewasa menjadi apa pun,” ungkapnya. 

“Saya hanya berpikir untuk membangun rumah baru untuk keluarga saya. Saya tidak ingin ibu saya terpaksa berpindah dari satu rumah ke rumah lain lagi,” ucap Mohammed. 

“Saya belum bertemu keluarga saya selama tiga bulan terakhir. Saya sangat merindukan mereka,” kata Mohammed. (Tribunjogja.com/ANR)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved