Serangan Hamas ke Israel

9.227 Warga Gaza Tewas, Profesor Brown University: Ancaman Pembersihan Etnis dan Bahaya Genosida

Lebih dari 9.200 warga Gaza tewas sejak perang Israel-Hamas 7 Oktober 2023. Profesor Brown University Amerika sebut ada bahaya genosida di Gaza.

AFP/DAWOOD NEMER
Warga Palestina menyusuri puing-puing Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius yang hancur, gereja tertua yang masih digunakan di Gaza, yang rusak dalam serangan di Kota Gaza pada 20 Oktober 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. Ribuan orang, baik warga Israel maupun Palestina telah tewas sejak 7 Oktober 2023, setelah militan Hamas Palestina yang berbasis di Jalur Gaza, memasuki Israel selatan dalam serangan mendadak yang membuat Israel mengumumkan perang terhadap Hamas di Gaza pada 8 Oktober. 

TRIBUNJOGJA.COM, GAZA – Perang Israel-Hamas yang telah berlangsung hampir satu bulan lamanya telah menewaskan setidaknya 9.227 orang di Gaza dan lebih dari 1.400 orang di Israel

Diwartakan Al Jazeera, Sabtu (4/11/2023), pada hari ke-29 perang, pengeboman besar-besaran Israel terhadap Gaza semakin intensif. 

Israel menargetkan sekolah, tempat penampungan, area rumah sakit, dan ambulans.

Baca juga: Dua Mantan Napi Masuk Daftar Calon Tetap Anggota DPRD Sleman Pada Pemilu 2024

Baca juga: Israel Bakal Balas Dendam ke Elon Musk Gara-Gara Bantu Akses Telekomunikasi Bantuan ke Gaza

Mayoritas korban tewas adalah perempuan dan anak di bawah umur. AP News mewartakan, lebih dari 32.000 orang terluka di Gaza. 

Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan, jumlah korban tewas ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa dekade konflik Israel-Palestina.

Pada Jumat (3/11/2023), terjadi serangan terhadap konvoi ambulans di Kota Gaza. Setidaknya 15 orang tewas dalam serangan tersebut. 

Israel mengakui bahwa mereka menabrak sebuah ambulans. Namun, mereka menyatakan bahwa pihak yang jadi sasaran adalah Hamas.

Potensi genosida di Gaza

Omer Bartov Profesor Studi Bencana dan Genosida dari Brown University Amerika Serikat saat diwawancarai MSNBC, Sabtu (4/11/2023).
Omer Bartov Profesor Studi Bencana dan Genosida dari Brown University Amerika Serikat saat diwawancarai MSNBC, Sabtu (4/11/2023). (Tangkapan Layar YouTube MSNBC News)

Serangan Israel santer disebut-sebut sebagai genosida (pembunuhan besar-besaran secara berencana terhadap suatu bangsa atau ras). 

Omer Bartov, Profesor Studi Bencana dan Genosida dari Brown University Amerika Serikat (AS) ikut angkat bicara tentang maraknya sebutan genosida oleh Israel terhadap Palestina

Bartov saat diwawancarai Microsoft and the National Broadcasting Company (MSNBC) News, Sabtu (4/11/2023) mengatakan, ada potensi genosida dalam perang Israel-Hamas.

“Menurut pandangan saya sendiri, sejauh yang saya bisa katakan dari sini (dari Amerika Serikat) dan bukan di sana (di daerah konflik Israel-Hamas), dan bergantung pada laporan (berita), apa yang terjadi saat ini di Gaza dapat dengan jelas dilihat sebagai kejahatan perang juga kejahatan terhadap kemanusiaan, yang mungkin bisa menjadi genosida,” jelas Bartov kepada MSNBC News, Sabtu.

Meski ada potensi genosida, profesor Amerika-Israel itu mengatakan, sulit untuk membuktikan bahwa aksi Israel terhadap Palestina saat ini adalah genosida.

Sebab, Israel menyatakan tujuan mereka adalah menghancurkan Hamas. Meski pada praktiknya, warga sipil yang paling dirugikan.

“Saya tidak berpikir apa yang terjadi saat ini adalah genosida, dan ada pernyataan yang bertentangan juga dari komandan di tanah (wilayah konflik) yang mengklaim bahwa mereka menggunakan kekuatan militer besar-besaran, tetapi yang mereka coba lakukan adalah membunuh Hamas, dan mereka mencoba untuk tidak membunuh warga sipil tetapi mereka belum berhasil,” tutur Bartov.

Terlepas dari klaim Israel, kata Bartov, bahaya genosida Gaza tetap ada di depan mata. Situasi yang lebih buruk daripada kejahatan perang dan kemanusiaan bisa saja terjadi.

“Tetapi saya pikir sangat penting untuk diperhatikan bahwa ada bahaya genosida dan jika hal-hal berjalan seperti saat ini, apa yang kita lihat sekarang, mungkin menjadi lebih buruk,” ujar Bartov.

Ia juga menyinggung tentang ancaman pembersihan etnis dari pihak Israel.

“Ada pernyataan sangat mengancam yang berkaitan dengan niat pembersihan etnis. Satu pernyataan yang terbukti publik adalah dari Kementerian Intelijen, mereka berbicara tentang penghapus seluruh penduduk Palestina dari Gaza ke sisi perbatasan Mesir,” papar Bartov.

Menurutnya, ancaman pembersihan etnis tersebut dapat mengarah pada genosida di Gaza.

“Itu jelas menjadi indikasi pembersihan etnis dan satu hal yang kita ketahui tentang genosida adalah (genosida) sering dimulai dengan pembersihan etnis, itulah yang terjadi dalam holocaust,” kata Bartov.

“Apa yang kita lihat (perang Israel-Hamas) adalah momen yang sangat berbahaya, dan jika tidak dihentikan sekarang, (situasi) akan cepat memburuk,” tuturnya.

Sebagai informasi, mengutip Britannica, holocaust adalah pembunuhan sistematis yang disponsori negara terhadap enam juta pria, wanita, dan anak-anak Yahudi serta jutaan lainnya oleh Nazi Jerman dan kolaboratornya selama Perang Dunia II.

Baca juga: Apa Arti Kata Genocide yang Trending Topic di Twitter Bentuk Dukungan untuk Palestina

Rintihan anak-anak di Gaza

Warga Palestina menyusuri puing-puing Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius yang hancur, gereja tertua yang masih digunakan di Gaza, yang rusak dalam serangan di Kota Gaza pada 20 Oktober 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. Ribuan orang, baik warga Israel maupun Palestina telah tewas sejak 7 Oktober 2023, setelah militan Hamas Palestina yang berbasis di Jalur Gaza, memasuki Israel selatan dalam serangan mendadak yang membuat Israel mengumumkan perang terhadap Hamas di Gaza pada 8 Oktober.
Warga Palestina menyusuri puing-puing Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius yang hancur, gereja tertua yang masih digunakan di Gaza, yang rusak dalam serangan di Kota Gaza pada 20 Oktober 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. Ribuan orang, baik warga Israel maupun Palestina telah tewas sejak 7 Oktober 2023, setelah militan Hamas Palestina yang berbasis di Jalur Gaza, memasuki Israel selatan dalam serangan mendadak yang membuat Israel mengumumkan perang terhadap Hamas di Gaza pada 8 Oktober. (AFP/DAWOOD NEMER)

Anak-anak di Gaza hidup dalam teror mengerikan. Al Jazeera mewartakan, Sabtu (4/11/2023), anak-anak di Gaza terjebak dalam belenggu kekerasan kemanusiaan. 

“Anak-anak di wilayah pendudukan Palestina semakin banyak yang terjebak dalam spiral kekerasan yang mengerikan, sementara dunia sedang menyaksikannya,” ujar Jason Lee, Direktur Save the Children Wilayah Palestina.

“Dampak buruk konflik terhadap anak-anak tidak dimulai pada tanggal 7 Oktober. Kekerasan dan pengungsian telah berlangsung selama bertahun-tahun, dan anak-anak harus menanggung akibat paling besar dari konflik yang tidak mereka ikuti. Berkali-kali, anak-anak ditembak, dikurung, dan dilecehkan. Ini harus dihentikan,” ungkap Lee.

Pada 7 Oktober 2023, serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dilancarkan terhadap pos-pos militer Israel dan desa-desa di Israel selatan. 

Serangan Hamas mengakibatkan lebih dari 1.400 orang di Israel tewas. Lebih dari 200 warga Israel ditawan dan dibawa ke Gaza

Hamas mengklaim serangannya adalah respons terhadap kekejaman yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama beberapa dekade.

Sejak hari itu, perang Israel-Hamas pecah. Lebih dari 9.200 orang warga Palestina tewas di Gaza

Sekira 3.800 korban tewas di antaranya adalah anak-anak. Mereka terbunuh oleh serangan udara Israel dan sekarang terancam oleh invasi darat.

Perang telah memisahkan ribuan warga Palestina dari keluarganya, termasuk Mohammed Abu Seef (11) yang kini terpisah dari keluarga. 

Ia satu sama lain, termasuk anak-anak Kepada Al Jazeera, ia bercerita telah dipaksa oleh tentara Israel untuk menyeberang ke Tepi Barat, wilayah Palestina yang diduduki Israel, padahal keluarganya berada di Gaza. 

Kini, Mohammed harus tinggal di sebuah kamp sementara di Kota Nablus, Tepi Barat, Palestina.

Mohammed dengan mata berkaca-kaca, menahan air mata, menyatakan keinginannya untuk pulang ke Gaza

“Saya ingin perang berakhir dan saya ingin kembali ke Gaza,” katanya. “Tolong hentikan perang ini. Kami kehilangan orang-orang yang kami cintai,” pinta Mohammed.

Dua jam setelah Mohammed bercerita pada Al Jazeera, kabar duka datang dari keluarganya. 

Adik laki-laki dan adik perempuan Mohammed telah tewas terbunuh dalam serangan udara Israel. Mereka terbunuh di rumahnya di kamp pengungsi Jabalia di Gaza Utara.

Sebelumnya, dua orang paman Mohammed beserta keluarga pamannya tewas terbunuh akibat serangan Israel. Hanya ada satu orang sepupu Mohammed yang selamat. 

“Salah satu paman saya membangun gedung tempat keluarga saya bersembunyi, namun Israel mengebomnya tanpa peringatan dan membunuh kedua paman saya dan seluruh keluarga mereka,” ungkap Mohammed.

Ia lantas menunjukkan sebuah video kepada wartawan. Terlihat momen memilukan dalam video itu, saat sepupu Mohammed menangis di samping jenazah sang ayah (paman Mohammed). 

“Saya berharap dia mati. Saya berharap dia pergi bersama keluarganya,” kata Mohammed.

Ia mengaku tak memikirkan tentang tumbuh dewasa. “Saya tidak berpikir untuk tumbuh dewasa menjadi apa pun,” ungkapnya. 

“Saya hanya berpikir untuk membangun rumah baru untuk keluarga saya. Saya tidak ingin ibu saya terpaksa berpindah dari satu rumah ke rumah lain lagi,” ucap Mohammed. 

“Saya belum bertemu keluarga saya selama tiga bulan terakhir. Saya sangat merindukan mereka,” kata Mohammed. (Tribunjogja.com/ANR)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved