Berita Klaten Hari Ini

Grebeg Syawalan di Klaten Berlangsung Meriah, Wabup Yoga Hardaya: Tradisi jadi Pemersatu

Grebeg syawalan yang dilangsungkan di Bukit Sidoguro, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (29/4/2023) berlangsung mer

Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/Almurfi Syofyan
Warga saat berebut gunungan ketupat pada tradisi grebeg syawalan di Bukit Sidoguro, Krakitan, Bayat, Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (29/4/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Grebeg syawalan yang dilangsungkan di Bukit Sidoguro, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (29/4/2023) berlangsung meriah dan diserbu ribuan pengunjung.

Para pengunjung datang dari berbagai wilayah di Klaten dan luar Klaten. Mereka berbondong-bondong datang untuk menyaksikan kirab dan memperebutkan 27 gunungan ketupat.

Wakil Bupati Klaten, Yoga Hardaya, menilai seni dan budaya yang berbasis tradisi merupakan bahasa universal dan mampu menjadi pemersatu.

Baca juga: Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan Tinjau Pasar Murah di Sleman, Antrean Warga Mengular 

"Kita semua dikumpulkan oleh budaya tradisi Syawalan. Apa yang kita laksanakan di saat ini, menjadikan bukti bahwa seni dan budaya yang berbasis tradisi merupakan bahasa universal. Tradisi ini mampu menjadi pemersatu," ujar Yoga di sela-sela acara tersebut.

Grebeg syawalan juga sebagai media interaksi bagi seluruh lapisan warga masyarakat tanpa pembedaan dan sekat. Semua orang bisa menikmati sekaligus menyelami makna yang terkandung dalam budaya tradisi Syawalan ini.

"Dari kegiatan ini, kita dapat mengambil nilai-nilai positif dan makna dari sebuah keluhuran seni dan budaya. Pada kesempatan ini kita menyajikan makanan khas Idul Fitri berupa ketupat. Terdapat banyak makna filosofis yang dikandung dalam makanan ketupat ini," ucap Yoga.

Ketupat dalam bahasa Jawa, lanjut dia, disebut kupat dari kata aku lepat yang berarti pengakuan bahwa diri mempunyai kesalahan atau kekhilafan yang kemudian meminta untuk mohonkan maaf.

"Bungkus yang dibuat dari janur kuning melambangkan penolak bala bagi orang Jawa. Janur artinya sejatine nur yang melambangkan kondisi manusia dalam keadaan suci setelah mendapatkan pencerahan atau cahaya selama bulan Ramadhan. Jadi, makna dari ketupat adalah kesucian lahir batin yang diwujudkan dalam tujuan hidup yang sebenarnya," urainya.

Melihat makna yang terkandung di dalamnya, kata Yoga, dapat dilihat bahwa tradisi ini tidak hanya memiliki peran menghibur, tetapi juga dapat berfungsi sosial bagi pembangunan Klaten.

Pasalnya, kesenian merupakan sebuah potensi yang apabila dikembangkan akan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Hal ini penting untuk disampaikan karena acara ini selalu mampu menghadirkan ribuan pengunjung.

"Ini sebagai hal yang membanggakan, dan sekaligus menunjukkan, bahwa kemauan dalam memelihara budaya daerah kita ini bukan hanya dari pihak pemerintah dan panitia saja, tetapi juga dari masyarakat luas," sambung dia.

Tentunya, ditambahkan Yoga, ia sangat mendukung kegiatan ini agar terus dilestarikan, karena eksistensi seni budaya daerah sebagai sumber kebudayaan nasional yang mengandung nilai luhur perlu terus digali, dipelihara dan dibina untuk lebih berperan dalam aktivitas pembangunan yang sedang digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Klaten.

"Perhatian masyarakat Klaten untuk berperan aktif dalam pelestarian budaya Syawalan merupakan bagian dari kekayaan budaya bangsa. Untuk itu, Saya mengharapkan agar pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Klaten khususnya tradisi Syawalan ini harus tetap dijaga dan dipelihara kelestariannya, sarta berkesinambungan," tukasnya.

Kepala Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Klaten, Sri Nugroho, menyampaikan bahwa kegiatan itu terlaksana untuk melestarikan budaya Jawa yang adiluhung sebagai warisan bagi generasi penerus.

"Kegiatan ini juga sebagai ajang atau sarana silaturahmi masyarakat dengan masyarakat, serta masyarakat dengan pamong prajanya pada bulan Syawal yang penuh berkah ini," ucapnya.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved