Perang Rusia Vs Ukraina

Sedot Data Ponsel, Perusahaan Inggris Bantu Ukraina Serang Balik Target Rusia

Perusahaan mata-mata Inggris diduga menyedot data ponsel tentara dan warga Rusia dan diberikan ke pasukan Ukraina untuk dipakai perencanaan perang.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
Wikipedia/DefenceImagery.mod.uk/Cpl Jamie Hart
Tentara Angkatan Darat Inggris sedang berada di kubu pertahanan saat mengikuti latihan tempur darat di Kenya, Afrika. Pasukan Inggris kini dipersiapkan jika harus bertempur melawan tentara Rusia di perang Eropa. 

TRIBUNJOGJA.COM, MOSKOW - Sebuah perusahaan swasta Inggris diduga menyediakan data telepon seluler yang dikumpulkan secara ilegal, untuk membantu perencanaan serangan dan pembunuhan yang ditargetkan ke Rusia.

Temuan ini diungkap situs investigasi The Grayzone, dan dikutip kembali situs Russia Today, Rabu (4/1/2023).

Menurut file yang bocor ke outlet media tersebut, militer menggunakan data ilegal dari ponsel di Rusia dan Ukraina oleh perusahaan mata-mata Anomaly 6.

Data yang diperoleh itu memungkinkan perencanaan serangan militer dan serangan artileri, pembunuhan, perekrutan aset, dan tindakan lainnya terhadap personil militer Rusia.

Laporan sebelumnya oleh Grayzone mengungkapkan karyawan Anomaly 6 mengetahui operasi pembobolan data ini illegal.

Mengumpulkan data dengan menargetkan smartphone mana pun di dunia melalui kode yang diam-diam disematkan di aplikasi populer  adalah melanggar undang-undang.

Aparat militer dan intelijen Inggris sudah dilarang mengumpulkan data ini lewat cara seperti ini.

Tetapi menurut laporan terbaru, data Anomaly 6 diteruskan kepada mereka oleh perusahaan militer swasta Inggris, Prevail Partners.

Baca juga: Operasi Rahasia Intelijen Inggris di Tengah Perang Rusia-Ukraina

Baca juga: Intelijen Inggris Gaet Mantan Menhan Lithuania Jadi Agen Operasi Rahasia

Baca juga: Korban Roket HIMARS di Makeyevka Naik Jadi Hampir 90 Tentara Rusia

Pengaturan ini memungkinkan pemerintah untuk menghindari pengawasan dan untuk mendapatkan informasi secara riil penempatan pasukan, peralatan, dan lokasi bahan mematikan Rusia, yang kemudian diumpankan ke Kiev.

Sementara AS telah menyatakan mereka membatasi pembagian intelijennya dengan Ukraina, Inggris tidak mengakui adanya pembatasan atas data yang diserahkannya.

Sifat tidak dapat diandalkan dari beberapa data smartphone ini, ditambah kesediaan militer Ukraina untuk mengeksekusi apa yang disebut kerja kolaborasi, dapat menghubungkan London dengan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan Kiev terhadap warga sipil.

Mitra Prevail telah terlibat dalam membantu Dinas Keamanan Ukraina (SBU) untuk membangun tentara teror yang tidak tercatat.

Salah satu anggota pendirinya diduga membantu menyusun rencana Inggris untuk mengebom Jembatan Krimea, tak lama sebelum rusak dalam ledakan pada September yang menewaskan empat warga sipil.

Moskow menuduh Inggris terlibat dalam pelatihan, persiapan, dan pelaksanaan pengeboman jembatan, dan menanggapi serangan itu dengan gelombang serangan rudal dan pesawat tak berawak yang berulang terhadap infrastruktur dan sasaran militer Ukraina.

“Pengungkapan terbaru menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana Inggris dapat secara masuk akal mengklaim tidak menjadi pihak yang berperang secara formal dalam perang," tulis penulis investigatif Kit Klarenberg di Twitter.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved