TRC BPBD Sleman Makamkan 200 Pasien Isoman Positif Covid-19 Selama Dua Minggu di Bulan Juli 2021
Angka tersebut melonjak lima kali lipat dibanding bulan Juni 2021 lalu yang hanya tercatat 41 orang saja.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Ada lebih dari 200 pasien Covid-19 meninggal saat menjalani isolasi mandiri (isoman).
Angka tersebut melonjak lima kali lipat dibanding bulan Juni 2021 lalu yang hanya tercatat 41 orang saja.
“Betul, itu ada 200 orang lebih. Saya hitung sehari saja itu ada 10-20 orang. Sekarang sudah tanggal 20, maka paling tidak ada 200 orang lebih yang meninggal saat isoman,” ungkap Koordinator Posko Dekontaminasi Covid-19 BPBD Sleman, Vincentius Lilik Resmiyanto, kepada Tribun Jogja, Selasa (20/7/2021).
Ironisnya, sebagian besar yang meninggal dunia itu adalah pasien Covid-19 dari hasil swab yang keluar setelah mereka tiada.
Bisa juga, mereka dinyatakan positif dari hasil swab post mortem yang dilakukan TRC BPBD Sleman.
Baca juga: Update Covid-19 DIY Selasa 20 Juli 2021: Tambah 1.872 Kasus Baru, Angka Kematian Melonjak 70 Kasus
Baca juga: BREAKING NEWS : Wakil Wali Kota Yogya Heroe Poerwadi Terpapar Covid-19, Tidak Bergejala Berat
Untuk itu, apabila belum ada keterangan hasil swab, maka TRC BPBD Sleman bakal memakamkan dengan protokol tetap Covid-19.
“Sudah aturan, jika bukan pasien positif Covid-19, kami tidak akan memakamkan, tidak akan mencatatkannya ke data pasien positif yang meninggal. Kalau meninggal karena penyakit lain monggo saja dimakamkan keluarga,” ucap Lilik menjelaskan.
Satu hal yang menjadi poin penting adalah jumlah orang yang meninggal saat isoman sudah tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Sleman.
Bulan Juli 2021 ini seperti menjadi puncak badai Covid-19. Dari 17 kecamatan, semua daerah pasti ada kasus isoman meninggal.
“Kalau ditanya paling banyak di mana, saya malah susah jawabnya. Kalau yang paling sedikit pasien isoman meninggal itu di daerah Cangkringan, Pakem, Turi, Seyegan,” tuturnya.
Tribun Jogja sempat menyambangi posko dekontaminasi dimana Lilik dan tim membersihkan diri usai memakamkan jenazah, beberapa waktu lalu.
Posko tersebut berada di samping gedung Dinas Perhubungan Sleman, Jalan KRT Pringgodiningratan, Beran, Tridadi, Sleman.
Di posko yang terdiri dari beberapa tenda, ada dua papan tulis besar untuk menulis siapa saja yang meninggal hari itu.
Mereka membaginya menjadi dua sisi. Di sisi depan berisi detail dari jenazah yang harus dimakamkan, di sisi belakang adalah mereka yang meninggal di rumah atau saat isoman.
Sebagian besar pasien isoman yang meninggal adalah lansia dengan usia 50-90 tahun.
Mereka tertular karena masih ada keluarga yang tidak taat protokol kesehatan (prokes), membawa virus dan menularkannya kepada lansia yang sebenarnya sudah di rumah saja.
“Warga isoman itu meninggal dengan kondisi saturasi oksigen sangat tak ideal atau di bawah 80 persen dan tak ditunjang bantuan oksigen mandiri untuk menyelamatkan nyawa,” paparnya.
Hal itu diperburuk dengan kondisi rumah sakit (RS) yang penuh dan kewalahan menerima pasien dengan gejala Covid-19 berat.
Jika memiliki oksigen mandiri pun sulit untuk mengisi ulang, mengingat hampir sebagian besar pasien Covid-19 butuh.
Isu Mengcovidkan
Isu RS mengcovidkan atau dengan sengaja mendata pasien dengan penyakit Covid-19 memang santer terdengar.
Di media sosial, pembicaraan seperti itu tidak bisa dihindari. Pasti ada saja yang melontarkan terlebih dahulu.
Namun, apa yang terjadi dengan TRC BPBD Sleman malah justru terbalik.
Banyak dari pihak keluarga yang memilih untuk memakamkan keluarga secara protokol Covid-19 saja agar semua aman.
“Padahal tidak bisa. Kalau tidak terjangkit corona, mereka tidak bisa dimakamkan protap Covid-19. Jika minta tolong kami untuk memakamkan dengan protap Covid-19 ini harus ada surat hasil swabnya,” tambah Lilik.
Berkali-kali timnya harus menolak permintaan pemakaman dengan protokol Covid-19 meski orang yang meninggal tidak mengidap penyakit tersebut.
“Ini hubungannya dengan data. Jadi, tidak ada istilah dicovidkan. Kami hanya akan memakamkan mereka yang hasil swabnya positif saja,” bebernya melanjutkan.
Miskomunikasi dengan RS
Menjadi garda terdepan memakamkan jenazah pasien Covid-19 bukan berarti tanpa halangan.
Beberapa kali, TRC BPBD Sleman juga sempat miskomunikasi dengan RS rujukan dan itu terjadi dalam satu hari.
“Satu hari, ada saat kami hampir saja memakamkan peti kosong,” timpal Taufik Efendhi, petugas pemakaman TRC BPBD Sleman kepada Tribun Jogja.
Saat itu, satu tim TRC sudah siap menuju beberapa RS untuk mengambil jenazah. Dari lima jenazah yang harusnya dimakamkan pada hari yang sama, mereka hanya bisa memakamkan satu saja.
Dari pihak RS tidak memberikan keterangan jelas terkait jenazah yang akan diambil.
Sesampainya tim di RS, mereka mendapati peti kosong yang sudah terletak di tempat yang seharusnya hanya diisi oleh jenazah yang sudah siap dimakamkan.
“Di RS itu ada dua tempat, peti yang sudah siap dimakamkan dan yang belum. Peti yang belum siap ini ditaruh di tempat siap. Biasanya kami tinggal ambil, tapi perasaan kami tidak enak, lebih enteng. Ternyata betul, itu peti kosong,” ceritanya.
Baca juga: Kisah Penghulu KUA Nanggulan Kulonprogo Nikahkan Pengantin Pria Terkonfirmasi Covid-19
Baca juga: Kiprah Pak Lurah di Bantul, Pimpin Langsung Pemulasaran Jenazah Warganya dengan Protokol Covid-19
Dia takut apabila timnya tidak mengecek dan ada kejadian yang tidak diinginkan di jalan, maka konsekuensinya akan berat.
Tim pasti akan mendapatkan nilai buruk dari masyarakat dan dikira akan memakamkan peti kosong.
“Kita tahu ya, beberapa hari ini marak terjadi perusakan ambulans karena banyak yang terprovokasi berita hoax,” bebernya.
Usut punya usut, ternyata jenazah sudah diambil keluarga dan tidak ada yang mengkomunikasikan dengan pihak TRC. Hal seperti itu pun pernah terjadi empat kali dalam sehari.
“Harapannya ya jangan seperti ini lagi. Kami kan juga sudah pakai APD, cukup berat. Kalau mau dimakamkan keluarga atau satgas setempat ya monggo, asal bilang ke kami rencananya bagaimana,” tandas Taufik.
( tribunjogja.com )