Pesantren Assalafiyyah Jogja Tumbuhkan Santri Cerdas Digital Lewat Wayang dan Permainan Tradisional

Kegiatan Sahabat Tunas menghadirkan kesenian silat, permainan tradisional serta pameran aplikasi dan gim karya santri Ponpes Assalfiyah

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/Istimewa
CERDAS DIGITAL: Pesantren Assalafiyah, Mlangi, Sleman menumbuhkan santri cerdas digital lewat wayang dan permainan tradisional 
Ringkasan Berita:
  • Kemkomdigi mengajak santri Ponpes Assalafiyah Mlangi untuk menjadi Sahabat Tunas
  • Direktur Jenderal KPM Kemkomdigi, Fifi Aleyda Yahya, menekankan bahwa literasi digital bagi anak jauh melampaui kemampuan teknis.
  • Selain pertunjukan wayang, kegiatan Sahabat Tunas juga menghadirkan kesenian silat, permainan tradisional seperti congklak dan enggrang, serta pameran aplikasi dan gim karya santri
 

 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Di tengah meningkatnya perhatian terhadap keamanan anak di ruang digital, Pondok Pesantren Assalafiyyah di Mlangi, Yogyakarta, menjadi contoh menarik bagaimana literasi digital bisa ditanamkan dengan cara yang menyenangkan. 

Di lingkungan pesantren ini, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) mengajak para santri untuk menjadi Sahabat Tunas, generasi yang tidak hanya mahir menggunakan gawai, tetapi juga memahami etika dan tanggung jawab saat berinteraksi di dunia maya.

Program bertajuk “Sahabat Tunas: Bersama Menjaga Ruang Digital Ramah Anak” merupakan bagian dari inisiatif Direktorat Jenderal Komunikasi Publik dan Media (KPM) Kemkomdigi untuk menciptakan ruang digital yang aman bagi anak-anak. 

Upaya ini juga mendukung pelaksanaan Peraturan Pemerintah tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Pelindungan Anak, yang menegaskan peran semua pihak dalam menjaga generasi muda dari risiko dunia daring.

Direktur Jenderal KPM Kemkomdigi, Fifi Aleyda Yahya, menekankan bahwa literasi digital bagi anak jauh melampaui kemampuan teknis. 

“Melalui kegiatan Sahabat Tunas, kami mengajak anak-anak belajar tentang hak dan kewajiban sebagai anak digital yang cerdas dan bertanggung jawab, dan kepada orang tua untuk selalu mengawasi kegiatan digital anak-anak mereka,” ujar Fifi, Kamis (13/11/2025).

Ia menambahkan, pendampingan perlu dilakukan secara seimbang. Anak harus memahami batasan konten yang boleh mereka akses.

“Anak juga harus mampu membagi waktu antara belajar dan berkreasi di dunia online, serta tetap aktif bersosialisasi di dunia nyata,” katanya.

Baca juga: Tasyakuran Gelar Pahlawan Nasional Bagi Gus Dur, PKB DIY: Prosesnya Mulus Tanpa Polemik

Pesan itu disampaikan melalui berbagai cara kreatif, salah satunya pertunjukan Wayang Golek yang dibawakan oleh dalang cilik, Adimas Alby Elsani Widyaputra, belum lama ini. 

Dalam lakon interaktifnya, Adimas menggambarkan bahwa kehadiran Peraturan Pemerintah tentang pelindungan anak di ruang digital merupakan wujud nyata kepedulian negara terhadap tumbuh kembang generasi muda. 

Wayang yang lekat dengan budaya pesantren menjadi sarana efektif untuk menanamkan nilai moral dan tanggung jawab bersama dalam menjaga dunia maya agar tetap ramah bagi anak.

Selain pertunjukan wayang, kegiatan Sahabat Tunas juga menghadirkan kesenian silat, permainan tradisional seperti congklak dan enggrang, serta pameran aplikasi dan gim karya santri

Beragam aktivitas itu menunjukkan bahwa literasi digital tidak hanya tentang dunia daring, tetapi juga tentang bagaimana anak-anak bisa tetap kreatif, bersosialisasi, dan tumbuh dalam lingkungan yang sehat di dunia nyata. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved