WAWANCARA EKSKLUSIF: Regulasi Vaksin Mandiri Mulai Digodok, Epidemiolog UGM Buka Suara
Kami rasa, itu seharusnya belum digaungkan karena fokus utama vaksinasi ini masih di kelompok prioritas, seperti tenaga kesehatan (nakes)
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Apa maksud dari ketimpangan itu?
Jangan sampai orang dengan ekonomi yang tinggi justru paling banyak mendapatkan manfaat vaksin, sedangkan yang ekonomi menengah kebawah tidak dapat apa-apa.
Yang kami takutkan, jika vaksin mandiri berjalan dan posisi vaksin prioritas tak ditaruh diatas vaksin mandiri, maka otomatis orang yang tidak memiliki daya beli bakal mendapatkan keuntungan paling belakang.
Apalagi kalau mereka juga bukan warga prioritas. Imbasnya, mereka bisa kalah jarak dengan mereka yang punya uang dan akses.
Jika alasannya untuk menggenjot vaksinasi, ya enggak begitu juga.
Jadi, bagaimana agar pemerintah bisa mencapai target 1 juta suntikan setiap hari?
Yang penting ya itu tadi, jumlah vaksin yang ada dan cara distribusinya.
Sekarang, vaksin diproduksi Biofarma, kemudian ada juga pembelian dari Sinovac dan AstraZeneca, tapi kita kan belum tahu produsen lain gimana.
Daripada membicarakan vaksin mandiri, kita kebut dulu ini yang produsen lain bagaimana. Pastikan distribusi yang ini benar dulu agar 1 juta suntikan tiap hari terwujud.
Kalau vaksinasi untuk warga prioritas sudah selesai dan mulai masyarakat umum, maka pemerintah boleh membicarakan vaksin mandiri.
Apakah vaksin mandiri bisa mempercepat herd immunity atau kekebalan kelompok?
Tidak. Vaksin mandiri tidak ada kaitannya dengan herd immunity itu. Sebab, kekebalan kelompok berkaitan dengan jangkauan vaksin.
Jangkauan yang besar bisa kog tercapai tanpa vaksinasi mandiri asal pemerintah betul-betul memastikan pasokan dan distribusinya.
Kalau vaksin mandiri yang bisa beli hanya yang memiliki daya beli tinggi, bagaimana dengan yang lain?
Dari situ, bisa-bisa jangkauan vaksinnya juga tidak mencapai yang diinginkan.
Vaksinasi mandiri itu hanya mempercepat kelas menengah keatas untuk membeli vaksin.
Mereka sudah memiliki akses kesehatan bagus, kemudian dikasih akses vaksin, mungkin kalangan menengah ke bawah ini jadi makin ketinggalan.
Di luar negeri, tidak ada negara yang menggunakan skema vaksinasi mandiri seperti ini. Hanya di Indonesia. (ard)