Update Corona di DI Yogyakarta

Joko Pinurbo Menulis Puisi tentang Pandemi

Kondisi pandemi Covid-19 rupanya turut menjadi inspirasi bagi penyair Joko Pinurbo dalam melahirkan puisi-puisi baru.

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Maruti Asmaul Husna Subagio
Joko Pinurbo saat mengisi acara "Perjamuan Puisi Bersama Joko Pinurbo: Sajak pertama, imaji, dan penjelajahan penciptaan” yang diselenggarakan Bentara Budaya Yogyakarta. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Kondisi pandemi Covid-19 rupanya turut menjadi inspirasi bagi penyair Joko Pinurbo dalam melahirkan puisi-puisi baru.

Melalui siaran Instagram (IG) Live akun Bentara Budaya Yogyakarta bertajuk “Perjamuan Puisi Bersama Joko Pinurbo: Sajak pertama, imaji, dan penjelajahan penciptaan” pada Rabu (13/5/2020), Joko Pinurbo membacakan puisi pertamanya yang lahir di masa pandemi.

Puisi itu berjudul ‘Di Rumah Sakit’.

“Ini puisi yang pernah saya posting di IG saya, mungkin banyak yang belum sempat baca. Ini akan saya bacakan. Puisi ini tidak berhubungan langsung dengan corona, tetapi kalau Anda mendengarkan tidak akan asing dengan tema yang akan diungkapkan,” ujar Joko Pinurbo sebelum membacakan puisinya.

KISAH Pasien Pertama COVID-19 Indonesia yang Diumumkan Presiden Jokowi, Sembuh Berbekal Ini

“Di rumah sakit. Kalender mengucapkan selamat tidur. Kepada mata ngantuk yang masih menyala.
Jam dinding mengucapkan selamat tidur. Kepada dokter yang masih terjaga. Obat tidur mengucapkan selamat tidur. Kepada pasien yang masih berdoa. KTP mengucapkan selamat tidur. Kepada calon jenazah yang masih memikirkan besok akan dikuburkan di mana.”

Penyair yang biasa disapa Jokpin ini mengaku dirinya sendiri merinding saat menuliskan bait terakhir puisinya itu.

“KTP mengucapkan selamat tidur. Kepada calon jenazah yang masih memikirkan besok akan dikuburkan di mana.”

“Saya sendiri merinding membaca bait terakhir. Pada waktu menulis, setelah jadi ya nggak,” ungkap Jokpin.

Jokpin menjelaskan proses kreatif menulis puisi ‘Di Rumah Sakit’ didasari saat ia melihat banyak peristiwa penolakan jenazah.

“Banyak peristiwa jenazah ditolak, jadi saya terinspirasi menulis ini. Selain itu, banyak pasien terinfeksi di rumah sakit mungkin ketakutan, jangan-jangan jenazahku ditolak,” sambungnya.

Ia mengaku baru satu puisi tersebut yang sudah jadi selama pandemi.

“Lainnya ada, tetapi masih harus diproses,” imbuhnya.

Kabar Baik, Satu Pasien Covid-19 di Bantul Dinyatakan Sembuh

Ditanya tentang puisi-puisinya yang banyak membahas tema sehari-hari dan benda-benda yang ada di sekitar kehidupan, Jokpin menerangkan alasannya.

“Saya beranggapan bahwa seorang penyair hanya bisa menulis secara baik mengenai hal-hal yang dihayati dan diakrabinya sehari-hari. Saya tidak bisa menulis tentang salju, tentang pasir. Apa yang saya tulis betul-betul yang saya kenal, yang saya temui sehari-hari, dan itu merupakan bagian dari hidup saya,” urainya.

Sementara, mengenai pilihan terhadap objek-objek atau peristiwa sehari-hari, kata dia, itu diawali rasa penasaran.

“Sebetulnya karena saya penasaran saja, mengapa peristiwa sehari-hari atau domestik dan  barang-barang di sekitar itu tidak banyak diangkat oleh penyair-penyair Indonesia sebelumnya,” tandasnya.

“Mungkin sarung, celana, kamar mandi itu dianggap tidak puitis. Tetapi yang tidak puitis itu melekat pada tubuh kita, pada kehidupan kita. Persoalan seorang penulis tentunya bagaimana hal yang tampak sepele itu bisa membawa permenungan mengenai absurditas hidup. Benda-benda itu ada refleksi mengenai hidup,” sambungnya.

Dia juga menganggap dengan memilih jalan yang berbeda dengan penyair-penyair lain itu, diksi, kosakata, dan imaji, dalam puisi di Indonesia lebih bervariasi.

Dalam siaran langsung yang dihelat siang hari itu, Jokpin juga berbagi tentang kisah pribadinya menulis puisi pertama kali.

Dia mengungkapkan, puisi pertamanya ditulis saat berusia 16 tahun.

Tiga Klaster Penularan Virus Corona di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

“Saat itu saya tinggal di asrama. Ada pohon kamboja di samping gereja. Saya menulis puisi tentang kamboja itu. Puisi itu langsung masuk di majalah sekolah,” bebernya.

Menurut Jokpin, menelusuri karya-karya pertama para penyair merupakan suatu hal yang menarik.

“Penting bagi kita untuk melacak atau menemukan puisi-puisi pertama, karya-karya pertama yang ditulis penyair itu tentang apa. Itu sangat menarik karena kita bisa melacak arah perkembangan berikutnya,” ucapnya.

Saat SMA pula, Jokpin bercerita untuk pertama kali puisinya diterbitkan di media luar.

“Pertama kali saat SMA, majalah di Jogja waktu itu. Kemudian saat kuliah, pertama kali terbit di surat kabar,” kata pria kelahiran Sukabumi, 11 Mei 1962 ini.

Meski sudah dikenal sebagai ikon penyair Yogyakarta dan nasional, Joko Pinurbo merasa tidak yakin bahwa puisi-puisi yang dia tulis memberi pengaruh kepada orang lain.

“Saya tidak yakin kalau gaya penulisan saya itu memengaruhi orang lain. Apa iya? Puisi saya kan nggak romantis. Tapi kalau ada yang terinspirasi ya syukur,” ujarnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved