Keracunan MBG Pelajar di DIY, Ombudsman: Program Nyaris Tanpa Pengawasan, Pelanggaran Nir Sanksi
Siapa yang memastikan SOP itu berjalan dengan benar? Pengawasan di lapangan nyaris tidak ada. Padahal, SPPG bermitra dengan pihak ketiga
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Yoseph Hary W
“Saya tidak berani menyimpulkan. Tapi dari informasi yang kami terima, ada kepala sekolah yang melakukan pelacakan internal. Misalnya, pada kasus di Mlati Sleman, siswa yang makan daging cenderung mengalami gejala, sementara yang hanya makan kuah tidak. Tapi ini baru informasi awal, bukan kesimpulan resmi,” ucapnya.
Rekomendasi ORI DIY
Sebagai rekomendasi awal, Muflihul menegaskan perlunya pengawasan ketat di semua lini.
“Pertama, pastikan bahan makanan benar-benar segar. Kedua, proses memasak harus higienis dan diawasi ketat. Ahli gizi di sekolah tidak hanya menyusun menu, tapi juga harus memastikan bahwa proses memasak sesuai standar kebersihan. Ketiga, evaluasi menyeluruh perlu dilakukan bersama BGN, dinas kesehatan, dan dinas pendidikan. Kalau perlu, tempatkan pengawas khusus di setiap dapur atau lokasi penyedia makanan untuk memastikan SOP berjalan,” ujarnya.
Kasus terbaru ini memperkuat sorotan publik terhadap lemahnya kontrol kualitas pada program MBG yang menjadi salah satu program unggulan Presiden Prabowo Subianto.
Dua Kasus Sebelumnya
Belum lama ini, kasus keracunan MBG juga terjadi pada siswa di empat SMP di Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, jumlah siswa yang mengalami gejala keracunan mencapai 379 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 18 siswa sempat menjalani rawat inap di rumah sakit.
Hasil uji laboratorium terhadap sampel makanan menunjukkan adanya cemaran tiga bakteri.
“Kami sampaikan bahwa keracunan pangan yang terjadi di Kecamatan Mlati kemarin itu masih dimungkinkan karena cemaran dari bakteri Escherichia coli, kemudian Clostridium species, dan Staphylococcus,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Cahya Purnama, Selasa (26/8/2025).
Selain di Sleman, kasus keracunan massal juga dialami siswa di Kulon Progo usai mengonsumsi MBG pada akhir Juli lalu. Total terdapat 497 siswa terdampak, tersebar di dua sekolah dasar dan dua sekolah menengah pertama. Dari jumlah tersebut, hanya satu siswa yang menjalani rawat inap di RSUD Wates selama dua malam.
Jika dijumlahkan, dalam sebulan ada 1.013 siswa yang menjadi korban keracunan MBG.
Pernyataan Sekda Sleman disusul minta maaf
Kasus keracunan yang terjadi di Sleman dan Kulon Progo membuat pemerintah kabupaten (pemkab) menyusun langkah pencegahan. Salah satunya dengan meminta guru di sekolah untuk mencicipi menu MBG sebelum dibagikan kepada siswa.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sleman, Susmiarto, menekankan bahwa mencicipi dan memastikan keamanan MBG adalah bagian dari tugas guru.
keracunan
Makan Bergizi Gratis (MBG)
Ombudsman Republik Indonesia
ORI DIY
Berbah
Sleman
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Begini Kegiatan Belajar di SMPN 3 Berbah Sleman Pascainsiden Ratusan Siswa Keracunan Diduga MBG |
![]() |
---|
Reaksi Orang Tua di Bantul soal Maraknya Keracunan MBG: Pemerintah Kurang Profesional |
![]() |
---|
Mayat Bayi Laki-laki Terbungkus Plastik dalam Ember Ditemukan di Maguwoharjo |
![]() |
---|
Dana Bantuan Parpol di Sleman Diusulkan Naik 140 Persen |
![]() |
---|
Catat! Besok Malam Ada Contraflow Pengerjaan Proyek Tol Jogja-Solo Area Trihanggo Sleman |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.