Tim PKM STIMARYO Kenalkan Edukasi Sehat dan Insinerator Komunitas untuk Atasi Sampah di Bantul
Program ini juga melibatkan pendampingan pembentukan tim pengelola sampah berbasis warga untuk menjamin keberlanjutan program.
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Di tengah meningkatnya volume sampah rumah tangga di Kasihan, Bantul, tim PKM STIMARYO menghadirkan pendekatan baru: memperkuat pemilahan sampah oleh ibu rumah tangga dan mengoperasikan insinerator komunitas untuk menekan residu yang selama ini menumpuk di TPA Piyungan.
Program terpadu itu dijalankan tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Sekolah Tinggi Maritim Yogyakarta (STIMARYO) di Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL) Soragan.
Tim yang beranggotakan Benny Hartanto, ST., M.M., M.Sc; Yudhanita Pertiwi, S.S., M.A; dan Ningrum Astriawati, S.Si., M.Sc serta didukung beberapa taruna ini menekankan edukasi perilaku sehat di tingkat rumah tangga, terutama terkait pemilahan sampah organik, anorganik, dan residu.
Ketua STIMARYO, Dr. Wegig Pratama, M.Pd menyambut baik dan sangat bangga atas inisiatif dan kerja keras tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang telah meluncurkan program terpadu di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
Program yang berlokasi di Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL) Soragan, Kecamatan Kasihan bertujuan untuk mengurangi volume sampah rumah tangga, organik menjadi kompos dan yang anorganik dikelola melalui bank sampah.
"Sedangkan residunya yang selama ini dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan sekarang diatasi dengan incenerator yang diprakarsai oleh mitra DPKL dan tim PKM STIMARYO," ujar Wegig.
Baca juga: Jelang Penutupan TPA Piyungan, Ketua DPRD Kota Yogyakarta Ajak Warga Masifkan Pengolahan Sampah
Ketua DPKL Soragan, H. Arif Widodo menyatakan meskipun masyarakat memiliki kesadaran dasar tentang kebersihan, pengelolaan sampah rumah tangga masih menghadapi kendala besar terlebih pada proses pemilahan di rumah tangga.
"Sebagian besar sampah masih tercampur antara organik, anorganik, dan residu, yang memperberat beban TPS sementara dan TPA. Permasalahan diperparah oleh minimnya sarana pengolahan sampah residu dan keterbatasan sistem manajemen sampah yang terorganisir di tingkat rumah tangga," ujar Arif.
Selain itu, program ini juga melibatkan pendampingan pembentukan tim pengelola sampah berbasis warga untuk menjamin keberlanjutan program.
Program ini menargetkan peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat minimal 75 persen pengurus dan anggota DPKL serta masyarakat Soragan dalam penegelolaan sampah rumah tangga.
Sementara itu, dari aspek teknologi, diharapkan terjadi pengurangan volume sampah residu yang dibuang ke TPA minimal sebesar 70 persen dalam enam bulan pertama operasional (kapasitas sampah 1.5 ton/hari dapat diselesaikan menggunakan Inc-Sor).
Secara lebih luas, keberhasilan program ini diharapkan dapat menciptakan pola perilaku hidup bersih dan sehat, meningkatkan kualitas lingkungan, serta menjadi model percontohan pengelolaan sampah terpadu berbasis teknologi dan pemberdayaan masyarakat yang dapat direplikasi ke wilayah lain di Kabupaten Bantul.
Program ini juga membuka peluang penciptaan lapangan kerja lokal melalui pembentukan tim pengelola insinerator dan pemanfaatan sampah organik menjadi produk turunan. (*)
| Limbah Organik Basah di Kota Yogya Dipilah untuk Pakan Ternak, Ini Respons Penggerobak |
|
|---|
| Tanpa APBD, 'Ember Gotong Royong' Jadi Jurus Pemilahan Sampah di Kota Yogya |
|
|---|
| Tim PKM UNY Inisiasi Masa Depan Batik Kayu Krebet Bantul dengan Virtual Reality |
|
|---|
| 50 Ton 'Sampah Tidur' Per Hari di Kota Yogyakarta Dikondisikan dengan Upaya Pemilahan |
|
|---|
| Minimalisir Volume Sampah Menuju UPS, Pemkot Yogyakarta Kebut Upaya Pemilahan di Depo |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/PKM-STIMARYO-gelar-edukasi-pilah-sampah.jpg)