Tim PKM UNY Inisiasi Masa Depan Batik Kayu Krebet Bantul dengan Virtual Reality
Mereka membekali warga dengan pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan potensi pariwisata lokal berbasis teknologi
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menginisiasi masa depan batik kayu di Krebet, Bantul dengan menggunakan virtual reality.
Tim terdiri atas Dr. Laifa Rahmawati selaku ketua tim, Indri Kurniawati, M.Sc., dan Dr. Sisca Rachmadonna, serta dibantu oleh mahasiswa Aprilia Latifah Nur Pratiwi, Nadia Syarifa Syahida S., Pramayudha Rischo Herlambang, Shabrina Dwi Annisa, dan Ahmad Zahran Furqan.
Mereka membekali warga dengan pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan potensi pariwisata lokal berbasis teknologi pada Sabtu (2/8/2025).
Bertempat di Sanggar Punokawan, sebanyak 35 peserta dari unsur pengelola desa wisata, tim digital, hingga karang taruna mengikuti pelatihan intensif yang memadukan pendekatan budaya dan teknologi imersif.
“Kegiatan ini terselenggara melalui hibah Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang didanai oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) dan didukung penuh oleh Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) UNY,” kata Laifa, Senin (4/8/2025).
Baca juga: Dosen FISIP UNY Beri Pelatihan Guru Geografi Bikin Peta Digital
Ia mengatakan, judul kegiatan ini adalah PKM Virtual Reality Berbasis Ekowisata untuk Meningkatkan Daya Tarik dan Keberlanjutan Pariwisata Batik Kayu di Desa Wisata Krebet.
Disebutnya, Desa Wisata Krebet di Bantul, Yogyakarta, dikenal sebagai sentra kerajinan batik kayu yang sarat nilai budaya.
Kini, desa tersebut tengah merintis terobosan baru melalui teknologi Virtual Reality (VR) sebagai upaya memperkenalkan kekayaan lokal secara lebih menarik dan mendalam.
Materi pertama membahas pendekatan inovatif melalui teknologi VR dalam mengenalkan proses batik kayu secara imersif.
“Dalam konteks etnosains, VR tidak hanya menampilkan kekayaan budaya, jenis kayu, dan motif batik, tetapi juga mengintegrasikan konsep-konsep sains seperti fisika, kimia, biologi, dan matematika yang terkandung dalam proses produksi batik kayu. Kolaborasi antara teknologi dan kearifan lokal ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik wisata dan memperkuat keberlanjutan ekonomi serta identitas budaya Desa Krebet,” jelas dia.
Materi kedua melengkapi dengan pendekatan manajemen desa wisata berbasis budaya lokal melalui Community Based Tourism (CBT).
Pendekatan ini menekankan pentingnya peran aktif masyarakat dalam pengelolaan wisata, penerapan prinsip keberlanjutan (ekonomi, sosial, dan lingkungan), serta pengembangan peluang usaha kreatif berbasis atraksi budaya.
Materi ketiga memperkenalkan dasar-dasar teknologi yang mendukung sistem kerja VR, termasuk proses pembuatan konten digital dan perangkat lunaknya.
Seluruh materi dirancang untuk mendorong pemikiran strategis sekaligus aplikatif.
Mahasiswa UNY Kembangkan Briket Jerami di Wonosari Gunungkidul |
![]() |
---|
60 Guru PAUD di Kota Jogja Dibekali Keterampilan Berbicara di Depan Publik |
![]() |
---|
Pameran Aksara Gata Klaten Tampilkan Koleksi Batik, Prasasti hingga Aksara Kuno |
![]() |
---|
Batik City Run 2025, Perayaan Olahraga dan Budaya di Jantung Jogja |
![]() |
---|
Jenama Wastra Lurik Jogja Ini Ikut Pameran di Osaka Expo 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.