Berbahan Kain Perca, Busana Batik Karya Warga Sukoreno Kulon Progo Tembus Pasar Eropa
Produk itu adalah batik kain perca yang dibuat dalam beragam bentuk busana. Kain perca adalah potongan sisa jahitan
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Yoseph Hary W
Ringkasan Berita:
- Busana batik berbahan kain perca yang dikembangkan warga di Desa Wisata Sukoreno, Kapanewon Sentolo, Kulon Progo kini tembus pasar internasional.
- Produk berbahan kain perca yang dikembangkan berupa daster, celana panjang dan pendek, rompi, topi, sarung bantal, seprei, hingga selimut.
- Setiap 3 bulan sekali, batik perca ini dikirim ke Jerman
TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Warga di Desa Wisata Sukoreno, Kapanewon Sentolo, Kulon Progo memiliki produk hasil kreativitas memanfaatkan bahan sisa. Produk buatan mereka kini berhasil menembus pasar internasional.
Produk itu adalah batik kain perca yang dibuat dalam beragam bentuk busana. Kain perca adalah potongan sisa jahitan yang tidak terpakai dan dimanfaatkan kembali.
Ketua Desa Wisata Sukoreno, Dwi Wahyuni mengatakan gagasan membuat pakaian batik perca berawal dari 2024 lalu.
"Awalnya kami ingin memanfaatkan kembali kain batik sisa jahitan yang tidak terpakai," jelas Dwi ditemui Tribun Jogja belum lama ini.
Kebetulan, banyak warga Sukoreno yang berprofesi sebagai penjahit otodidak. Akhirnya, diputuskan untuk membuat pakaian berbahan kain perca, di mana awalnya dalam bentuk daster.
Ragam produk
Selama setahun terakhir, semakin banyak produk yang dikembangkan warga Sukoreno dengan bahan kain perca. Tak hanya daster, kini mereka juga memproduksi celana panjang dan pendek, rompi, topi, sarung bantal, seprei, hingga selimut.
"Bahan kain percanya kami ambil dari Pekalongan, Jawa Tengah," ujar Dwi.
Pemasarannya kini sudah secara daring atau online. Produk pakaian kain perca Sukoreno kini sudah merambah pasar nasional, bahkan internasional.
Kirim ke Jerman
Sebab belum lama ini, Dwi mengatakan ada kesepakatan dengan pengusaha asal Jerman. Kesepakatannya berupa distribusi produk pakaian kain batik perca ke negara tersebut.
"Setiap 3 bulan sekali kami kirim ke Jerman," ungkapnya.
Produk kain batik perca dari Sukoreno dijual dengan harga cukup terjangkau, mulai dari Rp 30 ribu hingga ratusan ribu rupiah. Harga tergantung pada jenis hingga kerumitan model pakaian yang dibuat.
Dwi pun berharap produk batik perca dari Sukoreno semakin dikenal luas bersama produk lainnya. Sebab Sukoreno juga memiliki produk lain yang tak kalah menarik, seperti kerajinan dan makanan khas.
"Apalagi pakaian batik perca ini juga ramah lingkungan, sebab memanfaatkan bahan sisa yang bisa didaur ulang," jelasnya.
Warga di Padukuhan Kalimenur, Kalurahan Sukoreno turut memproduksi dan menikmati hasil dari pakaian batik perca tersebut. Dukuh Kalimenur, Eko Yulianto mengatakan kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi warganya.
Apalagi kegiatan dan produk mereka sudah mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulon Progo. Ia pun berharap kegiatan dan usaha warga terus berkelanjutan.
"Semoga dengan usaha seperti ini, semakin banyak warga kami yang terlibat, sehingga ekonomi di sini semakin baik," kata Eko.(alx)
| Desa Wisata Borobudur Jadi Role Model Nasional, DPR RI Tinjau Pengelolaan Balkondes Wanurejo |
|
|---|
| Perjalanan Nungki Perkenalkan Batik Sentuhan Modern ke Kancah Global |
|
|---|
| Batik Warna Alami Inovasi UMKM Sleman Untuk Ekosistem Fesyen Berkelanjutan |
|
|---|
| Senyum Semringah Pemain PSS Sleman Kala Kenakan Batik Usai Latihan |
|
|---|
| Delegasi Asia Afrika Belajar Batik di ISI Yogyakarta |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.