Tanpa APBD, 'Ember Gotong Royong' Jadi Jurus Pemilahan Sampah di Kota Yogya

Seluruhnya, menerima dua unit ember berukuran besar, yang difungsikan untuk mengoleksi sampah organik

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
Wali Kota Yogya, Hasto Wardoyo, saat ditemui di Balai Kota Yogya, Rabu (17/9/25). 

TRIBUNJOGJA.COM - Pemkot Yogyakarta membagikan ember bekas cat ukuran 25 kilogram ke masyarakat dan penggerobak, untuk menggeliatkan budaya pemilahan sampah.

Tidak tanggung-tanggung, terdapat ribuan ember yang dibagikan. Dengan rincian, 1.000 ember untuk setiap RW, kemudian 1.200 ember untuk penggerobak sampah atau transporter.

Seluruhnya, menerima dua unit ember berukuran besar, yang difungsikan untuk mengoleksi sampah organik basah atau sisa dapur dan makanan, agar tidak tercampur.

Menariknya, pengadaan sarana yang disebut sebagai ember gotong royong oleh Wali Kota Hasto Wardoyo tersebut, sama sekali tidak melibatkan APBD Kota Yogyakarta.

"Ember sebagian besar dari CSR, kami masih mengandalkan itu untuk mencari ember. Kemudian, sebagian juga ada yang merelakan untuk beli ember secara voulenteer," ujarnya, Rabu (17/9/25).

"Dari APBD ngga bisa, karena yang dibeli kan ember bekas. Itu bekas cat yang 25 kilo, terus kita bersihkan, dicuci lagi, kemudian dipasang stiker. Jadi, embernya kuat dan bagus," tambah Hasto.

ia pun bersyukur, sampai sejauh ini, banyak pihak yang tergerak untuk ikut bergotong royong dalam menyukseskan program emberisasi tersebut.

Sehingga, kedepannya jumlah ember yang dibagikan tidak berhenti di angka 2.200 saja. Selaras rencana, ember mulai didistribusikan secara menyeluruh, kepada warga dan penggerobak, mulai Kamis (18/9/25).

"Masih ada tambahan lagi, karena ada partisipasi dari teman-teman lulusan IPDN, menyumbang 500 ember, mereka bantingan. Terus dari Pak Rajwan karena mungkin syukuran baru jadi kepala dinas (LH), bisa beli 1.000 ember atau berapa," ujarnya.

Meski demikian, Hasto tidak menutup kemungkinan, kedepannya APBD Kota Yogyakarta akan dilibatkan untuk pengadaan ember, dengan ukuran yang lebih kecil.

Sasarannya pun semakin spesifik, yakni untuk rumah-rumah penduduk. Dengan begitu, harapannya, limbah benar-benar bisa terpilah langsung sejak dari sumbernya.

"Nanti kalau punya anggaran, kita akan beli ember kecil-kecil, yang baru, untuk dibagi ke warga. Kalau khusus penggerobak, jalannya harus bawa ember besar-besar dua buah, sehingga ketika warga sudah memilah, tidak dicampur lagi di penggerobak," pungkasnya. (aka)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved