Minimalisir Volume Sampah Menuju UPS, Pemkot Yogyakarta Kebut Upaya Pemilahan di Depo 

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, mengatakan langkah tersebut ditempuh untuk menekan volume limbah, serta meminimalisir timbunan sampah

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
DEPO SAMPAH: Pengangkutan sampah dengan alat berat menuju truk di depo sebelah barat Stadion Mandala Krida, Kota Yogyakarta, Selasa (22/7/25). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemkot Yogyakarta mulai mengujicobakan skema pemilahan sampah sebelum masuk depo atau tempat penampungan sementara.

Uji coba dilakukan di Depo Mandala Krida, Lapangan Karang, THR Purawisata Jalan Brigjen Katamso dan Depo Kotabaru di selatan Kantor RRI Yogyakarta. 

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, mengatakan langkah tersebut ditempuhnya untuk menekan volume limbah, serta meminimalisir timbunan sampah depo.

Menurutnya, ketika sampah yang masuk depo sudah dalam kondisi terpilah, volume yang diangkut menuju Unit Pengelolaan Sampah (UPS) pun bisa ditekan.

"Makanya ini kita lakukan pemilahan dengan mengerahkan pemilah, melalui metode padat karya. Nanti dilihat, seperti apa penurunan sampahnya," tandasnya.

Khusus di Depo Kotabaru, pihaknya juga mencoba skema reward kepada penggerobak jika sampah yang dibawa tidak mengandung plastik atau limbah anorganik.

Baca juga: 1.000 Ton Sampah Tertahan di Depo, Sinyal Darurat untuk Kota Yogya

Setidaknya, ada 15 penggerobak di lokasi tersebut, yang bersedia diberi ketentuan untuk tidak membawa selembar plastik pun menuju depo. 

"Tentunya diberikan apresiasi untuk memilahnya, ada reward. Jadi, kombinasi antara memilah di depo dan memilah di penggerobak," katanya.

"Kemudian, secara bertahap, terpilahnya sejak dari rumah, Sehingga, nanti bisa lebih banyak mengurangi sampah yang dibawa ke UPS," urai Hasto.

Dijelaskan, salah satu contoh konkret bahwa upaya pemilahan dapat menekan volume sampah sudah terbukti di wilauah Kemantren Pakualaman.

Di sana, kata Wali Kota, pemilahan dilakukan berbasis rumah tangga, atau di tingkat keluarga, di mana penggerobak tidak akan mengambil ketika sampah belum terpilah. 

"Hasilnya, yang biasanya 8 ton per hari untuk satu wilayah kemantren, sekarang bisa berkurang drastis menjadi 2,5 sampai 3 ton saja per hari," cetusnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved