Tujuh Kapanewon di Gunungkidul Jadi Episentrum Kemiskinan

Terdapat tujuh kapanewon yang diidentifikasi sebagai episentrum kemiskinan yang kini menjadi fokus intervensi  penanggulangan kemiskinan.

Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Yoseph Hary W
Tribun Jogja/Nanda Sagita Ginting
Foto dok ilustrasi Wakil Bupati Gunungkidul Joko Parwoto 

Ringkasan Berita:
  • Angka kemiskinan di Gunungkidul turun 1,03 persen, namun belum merata di seluruh wilayah. 
  • Diketahui ada tujuh kapanewon yang diidentifikasi sebagai episentrum kemiskinan yang kini menjadi fokus intervensi penanggulangan kemiskinan.
  • Tujuh kapanewon episentrum kemiskinan itu adalah Gedangsari, Semin, Saptosari, Playen, Ponjong, Tepus, dan Rongkop.

 

Laporan Reporter Tribun Jogja Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Meski angka kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul berhasil turun 1,03 persen pada tahun ini, pemerintah daerah menilai pekerjaan rumah masih besar.

Sebab, penurunan tersebut tidak terjadi merata di seluruh wilayah.

Terdapat tujuh kapanewon yang diidentifikasi sebagai episentrum kemiskinan yang kini menjadi fokus intervensi  penanggulangan kemiskinan.

Ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Gunungkidul, Joko Parwoto, mengatakan bahwa pemkab memutuskan memusatkan program pada wilayah kantong kemiskinan terbesar demi memastikan penurunan yang lebih merata.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan menurun dari 15,18 persen pada 2024 menjadi 14,15 persen di tahun ini. Namun, masih ada sekitar 113.470 warga yang masuk kategori miskin.

“Penurunan ini menggembirakan, tapi belum cukup. Kami menemukan bahwa sebagian besar beban kemiskinan terkonsentrasi di tujuh kapanewon. Karena itu, program akan kami padatkan di wilayah tersebut,” jelasnya pada Selasa (18/11/2025).

Tujuh Kapanewon Miskin

Adapun tujuh kapanewon yang ditetapkan sebagai episentrum penanganan kemiskinan adalah Gedangsari, Semin, Saptosari, Playen, Ponjong, Tepus, dan Rongkop.

Wilayah-wilayah ini dipilih berdasarkan kombinasi indikator kemiskinan, kondisi geografis, hingga keterbatasan akses layanan dasar.

Menurut Joko, pemkab akan mengoptimalkan sejumlah program unggulan, termasuk penguatan UMKM melalui Kredit Usaha Rakyat Daerah (KURDA), peningkatan keterampilan warga dewasa melalui Geni Seko Gunung, serta pemenuhan sanitasi dan air bersih lewat Water Access Sanitation Hygiene (WASH).

“Di luar itu, kami tetap menjalankan fasilitasi sarapan pagi bagi lansia dan penyandang disabilitas terlantar untuk meringankan beban hidup masyarakat,” tambahnya.

Dia mengatakan pihaknya  memanfaatkan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) sebagai dasar penentuan sasaran.

Joko menegaskan bahwa data terintegrasi sangat penting untuk memastikan bantuan tepat sasaran, terutama di wilayah-wilayah prioritas.

“Kami juga memperkuat koordinasi lintas sektor serta mendorong peran aktif masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan,” ucapnya.

Percepat penurunan angka kemiskinan

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved