Pemilahan Sampah di Kota Yogyakarta Belum Optimal, Penggerobak Sambat Dapat Tambahan Tugas
Beragam kendala di lapangan disampaikan oleh para penggerobak atau transporter sampah yang sehari-hari harus ketambahan tugas pemilahan sampah
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
Ringkasan Berita:
- Gerakan Masyarakat Jogja Olah Sampah (Mas JOS) yang digulirkan Pemkot Yogyakarta masih mengalami sejumlah kendala
- Penggerobak sampah di Kota Yogyakarta mengeluh karena masih juga harus memilah sampah
- DLH Kota Yogyakarta akan melakukan evaluasi terkait pemilahan sampah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gerakan Masyarakat Jogja Olah Sampah (Mas JOS) yang digulirkan Pemkot Yogyakarta tampaknya masih menghadapi jalan terjal.
Beragam kendala di lapangan pun disampaikan oleh para penggerobak atau transporter sampah yang sehari-hari harus ketambahan tugas pemilahan.
Seorang penggerobak di Kota Yogyakarta, Yudi, mengaku sampah yang diterimanya dari rumah-rumah warga masih dalam keadaan tercampur.
Dengan kebiasaan memilah di masyarakat yang belum terbentuk secara baik, praktis sampah organik, anorganik, dan residu masih dibuang dalam satu wadah.
"Padahal penggerobak tidak punya kewajiban untuk melakukan pemilahan. Tugas kami hanya mengangkut sampah dari rumah menuju depo, bukan memilah," tandasnya.
Penggerobak lainnya, Ratman, lebih menyoroti fungsi Juru Pengawas Pemilahan Sampah (Jumilah) di 45 Kelurahan yang belum berjalan optimal.
Ia menyebut, keberadaan Jumilah seharusnya bisa mendorong warga masyarakat untuk melakukan upaya pemilahan limbah sejak dari sumbernya.
"Tapi, sejauh ini ternyata itu (Jumilah) belum bisa signifikan menekan (volume) sampah. Mereka seperti hanya sekadar juru tulis," ungkapnya.
Baca juga: Bantul, Sleman, Kota Yogyakarta Diminta Kirim 1.000 Ton Sampah ke Piyungan
Evaluasi
Merespon keluhan penggerobak, Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan DLH Kota Yogyakarta, Ahmad Haryoko, bilang siap melakukan evaluasi.
Selain prosedur pengolahan limbah di rumah tangga, evaluasi juga menyasar peran Jumilah dan Satgas Sampah yang diterjunkannya di lapangan.
"Tapi, karena ini terkait dengan perubahan perilaku, tentu membutuhkan waktu juga, ya, supaya semua masyarakat bisa melaksanakannya," terangnya.
Dijelaskan, melalui gerakan Mas JOS, Pemkot Yogyakarta sudah menggencarkan program emberisasi untuk menampung limbah organik.
Haryoko menuturkan, sampai sejauh ini, program tersebut bisa mengumpulkan sekitar 800 ember (25 kilogram per ember) dari rumah-rumah warga setiap harinya.
"Sampah organik itu sekitar 60 persen dari total produksi sampah di kota. Dari jumlah itu 40 persennya organik matang yang bisa diolah untuk pakan ternak," katanya.
"Jadi, 60 persennya sampah organik yang harus dikompos seperti daun, ranting, yang tidak bisa langsung dimanfaatkan, harus dikompos dulu," tambah Hayoko. (*)
| Pemkot Yogyakarta Susun Raperwal Tindak Lanjuti Pergub DIY tentang Tuwanggana |
|
|---|
| Warga Patangpuluhan Olah Sampah Pakai 10 Biopori Jumbo, Jadi Pilot Project di Kota Yogya |
|
|---|
| Maxride dan Bentor Dilarang Beroperasi di Kota Yogyakarta, Wali Kota Hasto Wardoyo Beri Penjelasan |
|
|---|
| Hitung Mundur 1,5 Bulan: Yogya Siapkan Strategi Atasi Sampah Jelang Penutupan TPA Piyungan |
|
|---|
| TPA Piyungan Ditutup Per 1 Januari 2026, Pemkot Yogyakarta Target Reduksi 100 Ton Timbulan Sampah |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/Tumpukan-Sampah-di-Depo-Mandala-Krida-Timbulkan-Bau-Omzet-Pedagang-Anjlok-50-Persen.jpg)